Pages

Minggu, 25 Oktober 2015

RELEVANSI MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN DENGAN REALITAS KEHIDUPAN

RELEVANSI MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN DENGAN REALITAS KEHIDUPAN
Oleh; Fatimah Azzahra Mutmainnah (12420007)
Didalam materi mata kuliah ilmu pendidikan ini, terdapat banyak teori, konsep, dll yang berkaitan dengan pendidikan, belajar-mengajar yang mempunyai relevansi dengan kehidupan saya. Berikut materi-materi yang mempunyai pengaruh dengan kehidupan saya:
Ð Teori deskriptif dan preskriptif.
Teori deskriptif bersifat induktif dan terkait dengan apa yang senyatanya terjadi di lapangan, baik dalam fenomena pendidikan, pembelajaran, maupun belajar. Jika teori deskriptif bersifat induktif, maka teori preskriptif bersifat deduktif, yakni berupa  asumsi-asumsi tentang pendidikan ideal sesuai dengan kebenaran yang diyakini, baik didasarkan pada pandangan filosofis maupun didasarkan pada hasil penelitian lapangan. Rumusan teori deskriptif secara sederhana dapat digambarkan dalam ungkapan sebagai berikut: “Jika….., maka ….”. Sedangkan rumusan teori preskriptif dapat digambarkan dalam ungkapan sebagai berikut: “Agar ….., maka….”.
Teori deskriptif dan preskriptif mempunyai hubungan dengan kehidupan saya. Contohnya yakni; sebagai pelajar, sudah tentu saya harus belajar. Agar saya  pintar maka saya belajar (teori preskriptif). Sebagai mahasiswa juga saya menghadapi ujian sebagai evaluasi atas proses belajar, oleh karenanya, jika saya tidak belajar maka saya akan gagal dalam menghadapi tes tersebut.

Ð Progresivisme
Prinsip-prinsip pendidikan dalam Progresivisme yaitu:
1)      Proses pendidikan berawal dan berakhir pada anak.
2)      Subjek didik adalah aktif, bukan pasif.
3)      Peran guru adalah sebagai penasihat, pembimbing, dan pemandu, daripada sebagai rujukan otoriter (tidak bisa dibantah) dan pengarah ruang kelas.
4)      Sekolah adalah sebuah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar.
5)      Aktivitas ruang kelas memfokuskan pada pemecahan masalah daripada metode-metode artifisial (buatan) untuk pengajaran materi kajian.
6)      Atmosfir sosial sekolah harus kooperatif dan demokratis.

Saya sering mengalami peristiwa yang berkaitan dengan teori progrevisme, terutama ketika saya menjadi mahasiswa. Ketika saya menjadi mahasiswa, kami sering membuat makalah yang kemudian kami berdiskusi tentang makalah tadi. Pada saat berdiskusi tadi, tentu kami, sebagai mahasiswa yang aktif seperti poin nomor 2. Guru sebagai penasihat, penengah, pembimbing kami ketika proses belajar mengajar tersebut (3). Semua prinsip yang ada pada teori progresivisme terdapat pada kelas (berdiskusi dari makalah yang dibuat) ini. Dari contoh ini, ilmu pendidikan mempunyai hubungan dengan kehidupan saya.




Ð Perenialisme
Prinsip-prinsip pendidikan dalam Perenialisme yaitu:
1)      Manusia adalah hewan rasional. Oleh karena itu pendidikan harus mengutamakan sisi rasional manusia.
2)      Hakikat (watak) dasar manusia secara universal tak berubah. Oleh karena itu, pendidikan harus sama untuk setiap orang.
3)      Pengetahuan secara universal tak berubah, karena itu, ada materi kajian dasar tertentu yang harus diajarkan pada semua orang.
4)      Materi kajian, bukan subjek didik, harus berada pada inti usaha serius kependidikan.
5)      Karya-karya besar masa lampau adalah sebuah “gudang” pengetahuan dan kebijaksanaan yang telah teruji waktu dan relevan dengan masa kita.
6)      Pengalaman pendidikan adalah (lebih dari) sebuah persiapan untuk hidup daripada sebuah kondisi kehidupan yang riil.
Saya akan mengambil poin pada no (5), sebagai contoh. Berkat ada kontribusi oleh orang-orang hebat masa lampau, maka kehidupan saya menjadi lebih baik. Contohnya, karena ditemukan handphone, maka saya bisa dengan leluasa berhubungan dengan orang lain. Berkat ada ilmu kimia misalnya, maka ketika kita sakit, kita bisa meminum obat.
Ð Esensialisme
Prinsip-prinsip esensialisme yaitu:
1)      Tugas utama sekolah adalah mengajarkan pengetahuan dasariah.
2)      Belajar adalah usaha keras dan menuntut kedisiplinan.
3)      Guru adalah lokus otoritas ruang kelas.
Pada poin nomor 2, mengatakan bahwa Belajar adalah usaha keras dan menuntut kedisiplinan. Ini mempunyai pengaruh bagi saya. Saya harus merantau di kota lain guna mendapatkan ilmu (belajar). Semua kampus, mempunyai aturannya masing-masing dan menuntut disiplin bagi mahasiswanya. Begitupun dengan kampus saya, saya harus masuk kelas pukul 07.00 untuk belajar.

Ð Humanisme
Prinsip-prinsip pendidikan humanisme yaitu:
1)      Setiap anak pada dasarnya pintar, energik, ingin tahu, besar kemauan untuk belajar, dan baik dalam belajar.
2)      Subjek didik akan belajar dengan baik ketika mereka senang, aktif, terlibat, dan tertarik pada apa yang sedang mereka lakukan. Sebaliknya, mereka belajar kurang baik atau bahkan sama sekali tidak baik, ketika mereka bosan, takut (diancam), dihina, dan cemas.
3)      Pendidikan harus dapat mewujudkan lingkungan-lingkungan belajar di mana para anak akan terbebas dari kompetisi yang seru, kedisiplinan yang keras, dan takut gagal.
4)      Tujuan pendidikan akan mudah tercapai apabila guru dan subjek didik dapat bekerjasama.

Saya akan belajar dengan baik ketika merasa senang dan tertarik pada suatu pelajaran. Ketika saya membenci suatu pelajaran, saya akan belajar dengan terpaksa dan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan, seperti poin (2)

Ð Behavioristik
Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Begitupun dengan saya, misalnya ketika saya sedang belajar. Ketika lingkungan (stimulus) sekitar itu tenang, maka saya akan belajar dengan konsen dan nyaman (respon). Begitupun sebaliknya.

Ð Konstruktivistik
Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya adalah:
1)      Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta ­fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara lebih luas.
2)      Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
3)      Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, di mana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi.
4)      Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.
Saya pernah mengalami peristiwa seperti pada poin nomor (1). Guru kami pada saat itu memberikan kesempatan kepada kami untuk mengembangkan ide kami. Kami memberi masukan tentang  kelas yang kami inginkan.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar