RELEVANSI MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN DENGAN REALITAS
KEHIDUPAN
Oleh; Fatimah Azzahra Mutmainnah (12420007)
Didalam materi mata kuliah ilmu pendidikan ini,
terdapat banyak teori, konsep, dll yang berkaitan dengan pendidikan,
belajar-mengajar yang mempunyai relevansi dengan kehidupan saya. Berikut
materi-materi yang mempunyai pengaruh dengan kehidupan saya:
Ð Teori
deskriptif dan preskriptif.
Teori deskriptif
bersifat induktif dan terkait dengan apa yang senyatanya terjadi di lapangan,
baik dalam fenomena pendidikan, pembelajaran, maupun belajar. Jika teori
deskriptif bersifat induktif, maka teori preskriptif bersifat deduktif, yakni
berupa asumsi-asumsi tentang pendidikan
ideal sesuai dengan kebenaran yang diyakini, baik didasarkan pada pandangan filosofis
maupun didasarkan pada hasil penelitian lapangan. Rumusan teori deskriptif
secara sederhana dapat digambarkan dalam ungkapan sebagai berikut: “Jika….., maka ….”. Sedangkan rumusan teori preskriptif dapat digambarkan
dalam ungkapan sebagai berikut: “Agar
….., maka….”.
Teori deskriptif dan preskriptif
mempunyai hubungan dengan kehidupan saya. Contohnya yakni; sebagai pelajar,
sudah tentu saya harus belajar. Agar saya
pintar maka saya belajar (teori preskriptif). Sebagai mahasiswa juga
saya menghadapi ujian sebagai evaluasi atas proses belajar, oleh karenanya,
jika saya tidak belajar maka saya akan gagal dalam menghadapi tes tersebut.
Ð Progresivisme
Prinsip-prinsip
pendidikan dalam Progresivisme yaitu:
1) Proses pendidikan berawal dan berakhir pada anak.
2) Subjek didik adalah aktif, bukan pasif.
3) Peran guru adalah sebagai penasihat, pembimbing, dan pemandu,
daripada sebagai rujukan otoriter (tidak bisa dibantah) dan pengarah ruang
kelas.
4) Sekolah adalah sebuah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar.
5) Aktivitas ruang kelas memfokuskan pada pemecahan masalah daripada
metode-metode artifisial (buatan) untuk pengajaran materi kajian.
6) Atmosfir sosial sekolah harus kooperatif dan demokratis.
Saya
sering mengalami peristiwa yang berkaitan dengan teori progrevisme, terutama
ketika saya menjadi mahasiswa. Ketika saya menjadi mahasiswa, kami sering
membuat makalah yang kemudian kami berdiskusi tentang makalah tadi. Pada saat
berdiskusi tadi, tentu kami, sebagai mahasiswa yang aktif seperti poin nomor 2.
Guru sebagai penasihat, penengah, pembimbing kami ketika proses belajar
mengajar tersebut (3). Semua prinsip yang ada pada teori progresivisme terdapat pada kelas (berdiskusi dari makalah
yang dibuat) ini. Dari contoh ini, ilmu pendidikan mempunyai hubungan
dengan kehidupan saya.
Ð Perenialisme
Prinsip-prinsip
pendidikan dalam Perenialisme yaitu:
1) Manusia adalah hewan rasional. Oleh karena itu pendidikan harus
mengutamakan sisi rasional manusia.
2) Hakikat (watak) dasar manusia secara universal tak berubah. Oleh
karena itu, pendidikan harus sama untuk setiap orang.
3) Pengetahuan secara universal tak berubah, karena itu, ada materi
kajian dasar tertentu yang harus diajarkan pada semua orang.
4) Materi kajian, bukan subjek didik, harus berada pada inti usaha
serius kependidikan.
5) Karya-karya besar masa lampau adalah sebuah “gudang” pengetahuan
dan kebijaksanaan yang telah teruji waktu dan relevan dengan masa kita.
6) Pengalaman pendidikan adalah (lebih dari) sebuah persiapan untuk
hidup daripada sebuah kondisi kehidupan yang riil.
Saya akan mengambil poin pada no (5), sebagai
contoh. Berkat ada kontribusi oleh orang-orang hebat masa lampau, maka
kehidupan saya menjadi lebih baik. Contohnya, karena ditemukan handphone, maka
saya bisa dengan leluasa berhubungan dengan orang lain. Berkat ada ilmu kimia
misalnya, maka ketika kita sakit, kita bisa meminum obat.
Ð Esensialisme
Prinsip-prinsip
esensialisme yaitu:
1) Tugas utama sekolah adalah mengajarkan pengetahuan dasariah.
2) Belajar adalah usaha keras dan menuntut kedisiplinan.
3) Guru adalah lokus otoritas ruang kelas.
Pada
poin nomor 2, mengatakan bahwa Belajar adalah usaha keras dan menuntut kedisiplinan.
Ini mempunyai pengaruh bagi saya. Saya harus merantau di kota lain guna
mendapatkan ilmu (belajar). Semua kampus, mempunyai aturannya masing-masing dan
menuntut disiplin bagi mahasiswanya. Begitupun dengan kampus saya, saya harus
masuk kelas pukul 07.00 untuk belajar.
Ð Humanisme
Prinsip-prinsip pendidikan humanisme yaitu:
1) Setiap anak pada dasarnya pintar, energik, ingin tahu, besar
kemauan untuk belajar, dan baik dalam belajar.
2) Subjek didik akan belajar dengan baik ketika mereka senang, aktif,
terlibat, dan tertarik pada apa yang sedang mereka lakukan. Sebaliknya, mereka
belajar kurang baik atau bahkan sama sekali tidak baik, ketika mereka bosan, takut
(diancam), dihina, dan cemas.
3) Pendidikan harus dapat mewujudkan lingkungan-lingkungan belajar di
mana para anak akan terbebas dari kompetisi yang seru, kedisiplinan yang keras,
dan takut gagal.
4) Tujuan pendidikan akan mudah tercapai apabila guru dan subjek
didik dapat bekerjasama.
Saya akan belajar dengan baik ketika merasa senang
dan tertarik pada suatu pelajaran. Ketika saya membenci suatu pelajaran, saya
akan belajar dengan terpaksa dan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan,
seperti poin (2)
Ð Behavioristik
Pandangan
behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output
yang berupa respons. Begitupun dengan saya, misalnya ketika saya sedang
belajar. Ketika lingkungan (stimulus) sekitar itu tenang, maka saya akan
belajar dengan konsen dan nyaman (respon). Begitupun sebaliknya.
Ð Konstruktivistik
Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya adalah:
1)
Membebaskan siswa dari belenggu
kurikulum yang berisi fakta fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya
secara lebih luas.
2)
Menempatkan siswa sebagai kekuatan
timbulnya interes, untuk membuat
hubungan di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat
kesimpulan-kesimpulan.
3)
Guru bersama-sama siswa mengkaji
pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, di mana terdapat
bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai
interpretasi.
4)
Guru mengakui bahwa proses belajar
serta penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur,
dan tidak mudah dikelola.
Saya pernah mengalami peristiwa seperti pada poin
nomor (1). Guru kami pada saat itu memberikan kesempatan kepada kami untuk
mengembangkan ide kami. Kami memberi masukan tentang kelas yang kami inginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar