Pages

Kamis, 22 Oktober 2015

PERKEMBANGAN STUDI BAHASA DI TIMUR TENGAH

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Atau lebih tepat seperti dikatakan Martinet (1987:19) telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.[1]
            Ilmu linguistik di kenal sebagai ilmu yang membahas mengenai bahasa, dan sebagai salah satu pembidangan linguistik adalah ‘linguistik historis’, yaituUraian kronologis tentang perkembangan linguistik dari masa ke masa, sehingga bisa diketahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya.
            Linguistik telah berkembang sekitar 500 SM hingga masa kini, dari linguistik zaman yunani, zaman romawi, zaman pertengahan, zaman renaisans hingga zaman modern[2]. Tidak terkecuali di timur, dan ilmu bahasa yang berkembang di timur  tidak jauh dari bahasa arab.
            Perkembangan bahasa arab dan latar kehidupan timur memiliki peranan penting dalam linguistik timur. Pada dasarnya bangsa arab di kenal sangat menyukai syair sehingga banyak karya-karya bangsa arab berupa syair yang masih bisa di temui hingga masa kini. Apalagi perkembangan Linguistik timur menjadi lebih pesat dan universal setelah datangnya agama islam.
            Dalam bahasa arab linguistik dikenal dengan ‘ilmullughoh’, meskipun perkembangan linguistik timur kurang di bahas tapi bukan berarti ilmu bahasa belum di pelajari di timur justru lahirnya linguistik timur lebih dahulu namun hanya kurang di ekspos saja.







B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Sejak Kapan Studi Bahasa di Timur Tengah Berkembang?
2.      Siapakah Tokoh- tokohnya?
3.      Bagaimanakah Peranan Bahasa Arab dalam Islam?
4.      Kitab-kitab Apakah yang Membahas Ilmu Lughoh?
5.      Bagaimana Karakteristik Bahasa Arab?
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Studi Bahasa di Dunia Timur
Perhatian terhadap linguitik Arab muncul pada awal perkembangan Islam. Lingustik dimaksud adalah ilmu tata bahasa Arab yang kemudian dikenal dengan ilmu nahwu. Yaitu ilmu bahasa Arab yang mempelajari tentang perubahan baris akhir kata sesuai dengan fungsi/jabatan/kedudukannya dalam kalimat.
Terdapat perbedaan pendapat para sejarawan bahasa Arab dalam menentukan orang pertama menemukan ilmu nahwu.
a.       Ada yang berpendapat orang pertama yang menemukan ilmu bahasa Arab dan yang meletakkan dasar-dasar gramatikalnya adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thâlib. Beliaulah orang pertama yang mengklasifikasikan kata bahasa Arab menjadi tiga, yaitu isim, fi’il dan huruf. Kemudian beliau menyuruh Abu Al-Aswad Al-Duâli untuk mengembangkan kajian ini.
b.       Ada yang berpendapat bahwa orang pertama yang menemukan ilmu nahwu adalah Abu Al-Aswad Al-Duâli (w. 67 H.). Suatu malam ia bersama anaknya memandangi bintang-bintang, kemudian anaknya berkata kepadanya “ما احسن السماء” huruf “ن” pada kata "احسن"
berbaris dammah dan huruf “ء” berbaris kasrah. Dengan maksud “alangkah indahnya langit itu”. Lalu Abu Al-Aswad Al-Duâli menjawab, kalau ananda takjub dengan keindahan langit itu, seharusnya ananda berkata "ما احسن السماء"
huruf “ن” dan “ء” sama-sama berbaris fathah.
Namun demikian, menurut Muhammad al-Thantawi, Ali Bin Abi Thaliblah orang pertama yang memberikan perhatian terhadap munculnya ilmu nahwu. Karena semua riwayat yang menjelaskan tentang hal ini selalu di isnad-kan kepada Abu al-Aswad Al-Duâli, sementara Abu al-Aswad Al-Duâli selalu merujuk kepada Ali Bin Abi Thâlib.
Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, yang jelas bahwa Abu Al-Aswad Al-Duâli memiliki peran besar ter-hadap lahirnya ilmu nahwu. Karena Abu Al-Aswad Al-Duâli lah orang pertama yang membuat titik sebagai harkat dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti yang kita kenal saat ini.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan, bahwa orang pertama yang memberikan perhatian terhadap tata bahasa Arab adalah Ali bin Abi Thâlib, sementara orang yang pertama yang banyak menulis qawaid-qawaid nahwu adalah Abu Al-Aswad Al-Duâli atas saran dan dorongan Ali bin Abi Thâlib.
Ide Ali bin Abi Thâlib untuk membuat kaedah bahasa Arab erat kaitannya dengan perkembangan dan perluasan agama Islam yang telah menyentuh hampir semua daratan di Timur Tengah, Afrika, Asia dan sampai ke Eropa. Seiring dengan itu, populasi umat Islam pun semakin menunjukkan perkembangan. Namun, di tengah perkembangan itu ditemu-kan juga beberapa kesalahan berbahasa Arab yang dilakukan oleh sebagian besar para muallaf non Arab.
Sementara itu, bahasa Arab adalah bahasa agama yang seharusnya dikuasai dengan baik oleh setiap muslim. Karena Al-Qur’an dan Sunnah ditulis dengan bahasa Arab. Supaya ajaran-ajaran Islam yang terkandung di dalam kedua sumber pokok ajaran Islam tersebut dapat dipahami dengan baik, maka seharusnya bahasa Arab dapat dimengerti oleh semua umat muslim dengan baik pula.
Memperhatikan meluasnya kesalahan dalam pema-kaian bahasa Arab dan demikian urgennya penguasaan ter-hadap bahasa Arab, maka Khalifah Ali bin Abi Thalib ter-gugah untuk membuat kaidah-kaidah bahasa Arab yang dapat dipedomani oleh setiap muslim, khususnya non Arab demi terjaganya keorisinalan bahasa Arab, dan menyuruh Abu al-Aswad al-Duâli untuk membuat kaidah-kaidah bahasa Arab dimaksud yang kemudian dikenal dengan ‟ilmu nahwu‟.

B.     Peranan Bahasa Arab dalam Islam
Setelah tidur lelapnya bahasa Arab dari perkembangan intelektual, dengan kedatangan islam di bangsa Arab membuat semua berkembang secara cepat mulai dari penulisan, sintaksis,semantik juga pembahasan yang dahulunya hanya sya’ir-sya’ir gurun berubah menjadi pembahasan intelektual.
Tidak bisa di pungkiri bahasa Arab dan peran agama islam di dalamnya tidak bisa di pisahkan. Kitab suci islam (Al-qur’an) sendiri pun ditulis dengan bahasa arab fusha, Rosul pun bercakap dengan sahabatnya dengan bahasa arab sehingga hadist yang ada berbahasa arab.
Peranan Bahasa Arab dalam islam: ditandai dengan empat periode. 1. Periode pembentukan; 2. Periode pertumbuhan dan perkembangan; 3. Periode kejayaan; dan 4. Periode reformasi dan reformulasi.
1.      Periode Pembentukan
Para sejarawan bahasa Arab tidak berbeda pendapat, bahwa ilmu nahwu lahir di kota Bashrah, yang sekarang kita kenal dengan Negara Irak. Periode pertumbuhan ini terhitung setelah masa Abu al-Aswad al-Duâli sampai masa Khalil bin Ahmad Al-Farâhidy (w. 175 H).
Di antara para linguis Arab terkemuka di masa ini adalah Ibn „Ashim al-Laitsy (w. 79 H.). Ibn „Ashim al-Laitsy adalah orang pertama yang menukar titik sebagai harkat harkat Alquran –seperti yang dicetuskan Abu al-Aswad al-Duâli- dengan baris fathah, dummah, kasrah dan tanwîn seperti yang kita kenal saat ini.
Kemudian disusul oleh Abdullah bin Abi Ishaq (w. 117 H). Isa bin Umar al-Tsaqfy; Abu Umar bin al-„Ula (80-154 H); dan Yunus bin Habib (94 – 182 H), dan Al-Khalil bin Ahmad al-Farhûdy (100-175 H).
Kajian nahwu pada masa ini terfokus kepada pemakaian qiyas sebagai sumber dalam membentuk qawâid nahwu, khususnya masalah akhir kata (i’râb) dalam kalimat.
Di samping itu, Al-Khalil bin Ahmad al-Farhûdy menyusun sebuah kamus yang berjudul “Mu’jam al-‘Ain” Sebuah kamus pertama bahasa Arab dengan sistematisasi abjad yang dimulai dengan huruf „ain. Oleh sebab itulah, kamus ini disebut dengan Mu’jam al-‘Ain.
Bahkan menurut Chaer, bahwa pertumbuhan linguistik Arab dimulai sejak masa renaisans. Studi bahasa Arab mencapai puncaknya pada abad ke-8 dengan terbit-nya kamus bahasa Arab yang berjudul Kitâb al-‘Ain.[3]
2.      Periode Pertumbuhan dan Perkembangan
Dikatakan sebagai periode pertumbuhan dan per-kembangan, seiring dengan munculnya perhatian para linguis Arab terhadap qawaid bahasa Arab dan lahirnya berbagai karya tentang qawaid nahwu.
Periode ini dimulai sejak akhir masa Khalil bin Ahmad sampai pada masa-masa awal Al-Mazany dan al-Sikkit. Di antara para tokoh nahwu pada masa ini adalah Al-Akhfas al-Akbar (w. 172 H); Sibwaih (w. 180 H) dengan karanganya “al-Kitâb”; al-Yazidy (w. 202 H)l Abu Zaid (w. 215 H); al-Ashma‟y (w. 216 H); al-Akhfash al-Ausath (w. 211 H) dengan karyanya “al-Ausath fî al-Nahwi”; dan Quthrub (w. 206 H) dengan karyanya: al-‘Ilâl fî al-nahwi, dan al-Istiqâq fî al-tashrîf.
3.      Periode Kejayaan
Disebut sebagai periode kejayaan, karena perhatian dan keseriusan para linguis Arab untuk menulis berbagai judul yang terkait dengan nahwu demikian pesat. Pesatnya kajian nahwu pada periode ini sama dengan pesatnya kajian terhadap ilmu-ilmu lain, seperti filsafat, kedokteran, pendidikan, dll.
Di antara para linguis arab yang terkenal pada periode ini adalah, antara lain: Abu „Umar Al-Jarâmy (w. 225 H) dengan karyanya al-Mukhtashar fi al-Nahwi dan Kitab al-Abniyah; Al-Tauzy (238 H); Abu Usman Al-Mazâny (w. 249 H); Abu Hâtim Al-Sajastâny (w. 250 H) Al-Riyâsyi (w. 257 H), dan Al-Mubrid (w. 275 H).
4.      Periode Reformasi atau Reformulasi
Yang dimaksud dengan reformasi atau reformulasi di sini adalah munculnya pemikiran dan upaya dari para linguis Arab untuk memformat kembali materi nahwu dan pembahasannya supaya lebih mudah dipelajari.
Sebetulnya reformulasi materi nahwu telah muncul pada abad ke-6 H. Yang dipelopori oleh Ibn Madhâ dengan kitabnya al-Radd ‘Ala al-Nuhât. Namun pemikiran ini “tenggelam” ditelan masa, dan baru menampakkan diri kembali sekitar akhir abad ke-13 H. Atau awal abad 19 M. Seiring dengan munculnya nama-nama tokoh linguis Arab antara lain: Rifa‟at al-Thahthâwy (1801-1873 M.) dengan karyanya: “al-Tuhfat al-Maktabiyat fî Taqrîb al-Lugat al-‘Arabiyah”, „Ali Jârim dan Musthafâ Amin, dengan karyanya: “al-Nahwal-Wâdhih”. Ibrâhîm Musthafâ dengan karyanya “Ihyâ’ al-Nahwi pada tahun 1937 M., Hasan Kamil dengan kitabnya “al-‘Arabiyah al-Mu’âshirah. Depar-temen Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan di Mesir, melalui hasil keputusannya pada tahun 1938 M., Majma’ al-Lugah, melalui keputusan muktamarnya pada tahun 1945 M., dan Syauqî Dhayf dengan karya-karyanya antara lain: al-Radd ‘Alâ al-Nuhât li Ibn Madhâ al-Qurthubî, Tajdîd al-Nahwi, dan Taisîr al-Nahwi al-Ta’lîmî Qadîman wa Hadîtsan ma’a Nahji Tajdîdihi.
          Demikian sekilas tentang sejarah singkat perjalanan kajian nahwu. Seiring dengan itu, pertumbuhan dan perkem-bangan linguistik di dunia barat pun demikian pesat. Teori-teori baru pun bermunculan. Dan pada akhirnya linguistik menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri.
C.    Tokoh dan Karyanya
Sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri, studi terhadap linguistik menjadi lebih komprehensif. Untuk beberapa tahun terakhir ini, ditemukan beberapa karya dari para linguis Arab tentang علم اللغة (linguistik) di antara tokoh dan karyanya adalah sebagai berikut:

·       الدكتورإبراهيمأنيس
.1 الأصواتاللغوية
.2 فىاللهجاتالعربية
.3 دلالةالألفاظ
.4 منأسراراللغة
.5 مستقبلاللغةالعربيةالمشتركة
.6 طرقتنميةالألفاظفىاللغة
.7 اللغةبينالقوميةوالعامة      
·       الدكتورإبراهيمالسمامرائي
.8 دراساتفىاللغة
.9 مباحثاللغوية
·       الدكتورأحمدمختارعمر
.11 دراستصوتاللغوي
·       الدكتورتمامحسن
.11 اللغةالعربية،معناهاومبناها
·       الدكتورعليعبدالواحدوافى
.12 علماللغة
.13 نشأةاللغةعندالإنسانوالطفل
·       الدكتوركمابشر
.14 درساتفىعلماللغة
·       الدكتورمحمودحجازي
.15 علماللغةالعربية
.16 مدخلإلىعلماللغة.
D.    Karakteristik Bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki karakteristik yang unik dan universal. Dikatakan unik karena bahasa Arab memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan universal berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa Arab dengan bahasa lainnya. Karakteristik universalitas bahasa Arab antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Bahasa Arab memiliki gaya bahasa yang beragam, yang meliputi, 1) ragam sosial atau sosiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan stratifikasi sosial ekonomi penuturnya; 2) ragam geografis, ragam bahasa yang menunjukan letak geografis penutur antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga melahirkan dialek yang beragam; 3) ragam idiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan integritas kepribadian setiap individu masyarakat (لهجة فردية).
2.      Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan atau pun tulisan. Menurut Bloomfield bahasa lisan merupakan hakekat adanya suatu bahasa. Realitas ini dapat dipahami karena adanya bentang sejarah peradaban manusia terlihat jelas mereka pada umumnya berbahasa lisan meskipun diantara mereka tidak dapat menulis dan tidak mengenal lambang tulisan. Bahasa lisan sebagai system verbal lebih banyak dipakai oleh manusia dalam berkomunikasi antara satu dengan lainnya antar anggota masyarakat di lingkungannya. Hal ini dimaksudkan agar penyampaian pesan lebih cepat dipahami maknanya oleh masyarakat sasaran.
3.      Bahasa Arab memiliki system, aturan dan perangkat yang khas, antara lain bahasa Arab itu :
1.                  Sistemik, bahasa yang memiliki system standard yang terdiri dari sejumlah sub-sub system (sub system tata bunyi, tata kata, kalimat, syntax, gramatikal, wacana dll.).
2.                   Sistematis, artinya bahasa Arab juga memiliki aturan-aturan khusus, dimana masing-masing komponen sub system bahasa bekerja secara sinergis dan sesuai dengan fungsinya.
3.                   Komplit, maksudnya bahasa itu memiliki semua perangkat yang dibutuhkan oleh masyarakat pemakai bahasa itu ketika digunakan untuk sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi dan bersosialisasi antar mereka.
4.                   Bahasa Arab memiliki sifat yang arbitrar dan simbolis. Arbitrar berarti mana suka, artinya tidak adanya hubungan rasional antara lambang verbal dengan acuannya. Kata dalam setiap bahasa merupakan lambang-lambang benda nyata, abstrak, gagasan, dan sebagainya. Dengan sifat simbolis yang dimiliki bahasa, manusia dapat mengabstraksikan berbagai pengalaman dan buah pikirannya tentang berbagai hal, termasuk hal-hal yang kelak akan dialaminya.
5.      Bahasa Arab berpotensi untuk berkembang, produktif dan kreatif. Hal ini terjadi karena perkembangan bahasa selalu mengikuti perkembangan peradaban manusia, sehingga muncul kata dan istilah-istilah bahasa baru yang digunakan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
6.      Bahasa Arab merupakan fenomena individu dan fenomena sosial. Sebagai fenomena individu, bahasa merupakan ciri khas kemanuisaan. Ia bersifat insani karena hanya manusia yang mempunyai kemampuan berbahasa verbal. Adapun sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan konvensi suatu masyarakat pemilik atau pemakai bahasa itu. Seseorang menggunakan bahasa sesuai norma-norma yang disepakati atau ditetapkan untuk bahasa tersebut. Kesepakatan disini maksudnya bukanlah kesepakatan formal sebagai hasil konferensi atau muktamar yang melibatkan anggota masyarakat luas. Kesepakatan yang dimaksudkan pada dasarnya merupakan kebiasaan yang berlangsung turun temurun dari nenek moyang, yang sifatnya mengikat dan harus diikuti oleh semua pengguna bahasa. Jika seseorang tidak mematuhi atau menyimpang dari kesepakatan bersama tersebut, maka bahasa yang dituturkannya tidak akan dipahami atau paling tidak akan dipahami secara menyimpang (misunderstanding)[4] oleh orang lain dalam masyarakat yang sama.
Dari karakter yang sedemikian uniknya, bahasa Arab telah melahirkan banyak ilmu-ilmu yang menyangkut kebahasaan,kesusastraan, dan lain sebagainya, Diantara ilmu-ilmu itu ada ilmu retorika, tata bahasa, kaligrafi, sastra, tata cara menulis (imla'), kaligrafi, dan masih banyak lagi. Ilmu-ilmu mengenai bahasa Arab ini terus dan terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dalam bidang bahasa, apalagi setelah mengalami kontak dengan dunia asing, bahasa Arab dan lmu-ilmu tersebut terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Tokoh bahasa arab zaman dulu.
Ilmu selain nahwu
Produk keilmuan
Kitab2 ilmu lughah
Peranan bahasa arab
Kitab-kitab yang membahas ilmu lughah
Karakteristik studi kebahasaan di dunia timur

SASTRA ARAB
Bahasa Arab termasuk rumpun bahasa SEMIT. Yaitu bahasa yang dipakai bangsa-bangsa yang tinggal disekitar sungai Tigris dan Furat, dataran Syiria dan Jazirah Arab seperti bahasa Siryania, Finisia, Assyiria, Babilonia, Ibrania, dan Arabia. Dari seian banyak bahasa tadi yang dapat bertahan sampai kini hanya bahasa Arab dan bahasa Ibrany.
Sebenarnya, bahasa Arab itu timbul sejak beberapa sebelum islam. Hanya saja pencatatan dari bahasa tersebut baru dimulai dua abad setelah lahirnya Islam. Karena bukti peninggalan sastra Arab yang dapat dicatat hanya dimulai sejak dua abad sebelum Islam. Sedangkan hasil karya karya sastra Arab yang ada dimasa sebelumnya boleh dikata lenyap dimakan oleh masa. Jadi dengan demikian kita tidak dapat mengetahui dengan pasti bagaimanakah bentuk bahasa Arab di masa lampau. [5]
Pembagian kesusastraan Arab
Menurut zamannya kesusastraan Arab dibagi lima periode. Pembagian ini angat erat sekali hubungannya dengan keadaan sosial, politik, sosial dan agama. Untuk mengetahui keadaan sosial, politik dan agama suatu bangsa biasanya dapat kita lihat dari hasil saastra yang dihasilkan oleh bangsa itu, sebab kesusastraan adalah cermin yang dapat menggambarkan keadaan sebenarnya suatu bangsa.
Pembagian kesusastraan Arab:
a.              Al-Asr al-jahily (zaman jahiliyah)
Periode ini dimulai dua abad sebelum Islam lahir sampai agama Islam lahir. Adapun penyair masa jahiliyah diantaranya Umru al-Qais, Amr ibn Kaltsum, Al-Khansa’, dll.
b.             Asr Shadr al-Isllam dan kerajaan Umawiyah
Periode ini dimulai sejak lahirnya agama Islam sampai runtuhnya daulat Bani Umayyah.
c.              Al-Asr Abbasy (zaman Abbasiyah)
Perode ini dimulai sejak bberdirinya daulat Bani Abbasiyah sampai runtuhnya kota baghdad oleh tangan bangsa Mongolia tahun 656 H.
d.             Al-Asr Al-turky (zaman Pemerintahan Turki)
Periode ini dimulai sejak runtuhnya kota Baghdad sampai timbulnya kebangkitan bangsa Arab di abad modern.
e.              Al-Asr Al-Hadis (modern)
Timbulnya kesusastraan modern ditandai dengan timbulnya rasa nasionalisme bangsa Arab di abad modern smpai sekarang.[6]
Salah satu tokoh ahli sastra Arab adalah Najib Kailani. Beberapa yang masih di nikmati antara lain; berupa novel diantaranya ardh al-Anbiya’u,  hikayatu jad Allah, qaatilu Hamzah, dll; cerpen: ibtisam fi qalby asy-syaithan, lailu al-aabid; antologinya; al-ghani al-ghuraba’u.[7]





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Dalam bahasa arab linguistik dikenal dengan ‘ilmullughoh’, meskipun perkembangan linguistik timur kurang di bahas tapi bukan berarti ilmu bahasa belum di pelajari di timur justru lahirnya linguistik timur lebih dahulu namun hanya kurang di ekspos saja..
            Meskipun terlahir indah namun bahasa arab pada awalnya hanya terfokus pada sya’ir-sya’ir gurun, sehingga menyebabkan lemah dalam intelektual. Dan datangnya agama Islam sangat berpengaruh dengan bahasa Arab.
Sehingga bisa di simpulkan Perkembangan bahasa arab sehingga menjadi bahasa internasional tidaklah terlepas dari pengaruh agama islam yang berkembang pesat di jagad dunia.
Dari karakter yang sedemikian uniknya, bahasa Arab telah melahirkan banyak ilmu-ilmu yang menyangkut kebahasaan,kesusastraan, dan lain sebagainya, Diantara ilmu-ilmu itu ada ilmu retorika, tata bahasa, kaligrafi, sastra, tata cara menulis (imla'), kaligrafi, dan masih banyak lagi. Ilmu-ilmu mengenai bahasa Arab ini terus dan terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dalam bidang bahasa, apalagi setelah mengalami kontak dengan dunia asing, bahasa Arab dan lmu-ilmu tersebut terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan zaman.




DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Ahmad Maulana, dkk., Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Absolut, 2004.
M. Echols,John & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 2006.
www.sastrasantri,com “perkembangan linguistik arab” , tanggal akses 11 maret 2013.

www.pondokorangarab.com   “اللغة و علم اللغة” , tanggal akses 11 maret 2013



Sesi 1
1.      Kelompok 3:
a.       Bagaimana perkembangan Bahasa Arab sekarang di timur tengah?
b.      Perbedaan perkembangan dan pertumbuhan?
2.      Kelompok 2:
a.       Apakah sama arti dari reformulasi atau reformasi?
3.      Kelompok 8:
a.       Adakah kesepakatan tentang penemuan ilmu nahwu?
4.      Kelompok 7:
a.       Cara memberi syakal dan memahami sebelum adanya ilmu shorof,nahwu dll?
5.      Kelompok 4:
a.       Dalam makalah tertulis “Bahasa Arab memiliki sifat yang arbitrar dan simbolis. Arbitrar berarti mana suka, artinya tidak adanya hubungan rasional antara lambang verbal dengan acuannya” katanya kembali kemana?

    











[1]Abdul Chaer, Linguistik umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012) hal.6
[2]Ibid, hal.332
[3] Abdul Chaer, Op.Cit., h. 342.
[4]John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2006), hal. 383
[5] Yunus Ali al muhdar, sejarah kesusastraan Arab, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982) hlm,12.
[6] Wildana Wargadinata, Laily Fitriani, Sastra Arab dan Lintas Budaya, (Malang: UIN-Malang Press, 2008) hlm, 22
[7] Mardjoko Idris, Kritik Sastra Arab,(yogyakarta: Bidang Akademik, 2008) hlm 50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar