BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Linguistik
adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Atau lebih tepat
seperti dikatakan Martinet (1987:19) telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.[1]
Ilmu
linguistik di kenal sebagai ilmu yang membahas mengenai bahasa, dan sebagai
salah satu pembidangan linguistik adalah ‘linguistik historis’, yaituUraian
kronologis tentang perkembangan linguistik dari masa ke masa, sehingga bisa
diketahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya.
Linguistik
telah berkembang sekitar 500 SM hingga masa kini, dari linguistik zaman yunani,
zaman romawi, zaman pertengahan, zaman renaisans hingga zaman modern[2].
Tidak terkecuali di timur, dan ilmu bahasa yang berkembang di timur tidak jauh dari bahasa arab.
Perkembangan
bahasa arab dan latar kehidupan timur memiliki peranan penting dalam linguistik
timur. Pada dasarnya bangsa arab di kenal sangat menyukai syair sehingga banyak
karya-karya bangsa arab berupa syair yang masih bisa di temui hingga masa kini.
Apalagi perkembangan Linguistik timur menjadi lebih pesat dan universal setelah
datangnya agama islam.
Dalam
bahasa arab linguistik dikenal dengan ‘ilmullughoh’, meskipun perkembangan
linguistik timur kurang di bahas tapi bukan berarti ilmu bahasa belum di
pelajari di timur justru lahirnya linguistik timur lebih dahulu namun hanya
kurang di ekspos saja.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Sejak Kapan Studi Bahasa di Timur Tengah Berkembang?
2. Siapakah Tokoh- tokohnya?
3. Bagaimanakah Peranan Bahasa Arab dalam Islam?
4. Kitab-kitab Apakah yang Membahas Ilmu Lughoh?
5. Bagaimana Karakteristik Bahasa Arab?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Studi Bahasa di Dunia Timur
Perhatian terhadap linguitik Arab muncul pada awal perkembangan Islam.
Lingustik dimaksud adalah ilmu tata bahasa Arab yang kemudian dikenal dengan
ilmu nahwu. Yaitu ilmu bahasa Arab yang mempelajari tentang perubahan baris
akhir kata sesuai dengan fungsi/jabatan/kedudukannya dalam kalimat.
Terdapat perbedaan pendapat para sejarawan bahasa Arab dalam menentukan
orang pertama menemukan ilmu nahwu.
a.
Ada
yang berpendapat orang pertama yang menemukan ilmu bahasa Arab dan yang
meletakkan dasar-dasar gramatikalnya adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thâlib.
Beliaulah orang pertama yang mengklasifikasikan kata bahasa Arab menjadi tiga,
yaitu isim, fi’il dan huruf. Kemudian beliau menyuruh Abu
Al-Aswad Al-Duâli untuk mengembangkan kajian ini.
b.
Ada yang berpendapat bahwa orang pertama yang
menemukan ilmu nahwu adalah Abu Al-Aswad Al-Duâli (w. 67 H.). Suatu
malam ia bersama anaknya memandangi bintang-bintang, kemudian anaknya berkata
kepadanya “ما احسن السماء” huruf “ن” pada kata "احسن"
berbaris dammah dan huruf “ء” berbaris kasrah. Dengan maksud “alangkah
indahnya langit itu”. Lalu Abu Al-Aswad Al-Duâli menjawab, kalau ananda takjub
dengan keindahan langit itu, seharusnya ananda berkata "ما
احسن السماء"
huruf “ن” dan “ء” sama-sama berbaris fathah.
Namun demikian, menurut Muhammad al-Thantawi, Ali
Bin Abi Thaliblah orang pertama yang memberikan perhatian terhadap munculnya
ilmu nahwu. Karena semua riwayat yang menjelaskan tentang hal ini selalu
di isnad-kan kepada Abu al-Aswad Al-Duâli, sementara Abu al-Aswad
Al-Duâli selalu merujuk kepada Ali Bin Abi Thâlib.
Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, yang
jelas bahwa Abu Al-Aswad Al-Duâli memiliki peran besar ter-hadap lahirnya ilmu nahwu.
Karena Abu Al-Aswad Al-Duâli lah orang pertama yang membuat titik sebagai harkat
dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti yang kita kenal saat ini.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan,
bahwa orang pertama yang memberikan perhatian terhadap tata bahasa Arab adalah
Ali bin Abi Thâlib, sementara orang yang pertama yang banyak menulis qawaid-qawaid
nahwu adalah Abu Al-Aswad Al-Duâli atas saran dan dorongan Ali bin Abi
Thâlib.
Ide Ali bin Abi Thâlib untuk membuat kaedah bahasa
Arab erat kaitannya dengan perkembangan dan perluasan agama Islam yang telah
menyentuh hampir semua daratan di Timur Tengah, Afrika, Asia dan sampai ke
Eropa. Seiring dengan itu, populasi umat Islam pun semakin menunjukkan
perkembangan. Namun, di tengah perkembangan itu ditemu-kan juga beberapa
kesalahan berbahasa Arab yang dilakukan oleh sebagian besar para muallaf non
Arab.
Sementara itu, bahasa Arab adalah bahasa agama yang
seharusnya dikuasai dengan baik oleh setiap muslim. Karena Al-Qur’an dan Sunnah
ditulis dengan bahasa Arab. Supaya ajaran-ajaran Islam yang terkandung di dalam
kedua sumber pokok ajaran Islam tersebut dapat dipahami dengan baik, maka
seharusnya bahasa Arab dapat dimengerti oleh semua umat muslim dengan baik
pula.
Memperhatikan meluasnya kesalahan dalam pema-kaian
bahasa Arab dan demikian urgennya penguasaan ter-hadap bahasa Arab, maka
Khalifah Ali bin Abi Thalib ter-gugah untuk membuat kaidah-kaidah bahasa Arab
yang dapat dipedomani oleh setiap muslim, khususnya non Arab demi terjaganya
keorisinalan bahasa Arab, dan menyuruh Abu al-Aswad al-Duâli untuk membuat
kaidah-kaidah bahasa Arab dimaksud yang kemudian dikenal dengan ‟ilmu nahwu‟.
B. Peranan Bahasa Arab dalam
Islam
Setelah tidur lelapnya bahasa Arab dari
perkembangan intelektual, dengan kedatangan islam di bangsa Arab membuat semua
berkembang secara cepat mulai dari penulisan, sintaksis,semantik juga
pembahasan yang dahulunya hanya sya’ir-sya’ir gurun berubah menjadi pembahasan
intelektual.
Tidak bisa di pungkiri bahasa Arab dan peran agama
islam di dalamnya tidak bisa di pisahkan. Kitab suci islam (Al-qur’an) sendiri
pun ditulis dengan bahasa arab fusha, Rosul pun bercakap dengan sahabatnya
dengan bahasa arab sehingga hadist yang ada berbahasa arab.
Peranan Bahasa Arab dalam islam: ditandai dengan
empat periode. 1. Periode pembentukan; 2. Periode pertumbuhan dan perkembangan;
3. Periode kejayaan; dan 4. Periode reformasi dan reformulasi.
1.
Periode
Pembentukan
Para
sejarawan bahasa Arab tidak berbeda pendapat, bahwa ilmu nahwu lahir di
kota Bashrah, yang sekarang kita kenal dengan Negara Irak. Periode pertumbuhan
ini terhitung setelah masa Abu al-Aswad al-Duâli sampai masa Khalil bin Ahmad
Al-Farâhidy (w. 175 H).
Di
antara para linguis Arab terkemuka di masa ini adalah Ibn „Ashim al-Laitsy (w.
79 H.). Ibn „Ashim al-Laitsy adalah orang pertama yang menukar titik sebagai
harkat harkat Alquran –seperti yang dicetuskan Abu al-Aswad al-Duâli- dengan
baris fathah, dummah, kasrah dan tanwîn seperti
yang kita kenal saat ini.
Kemudian
disusul oleh Abdullah bin Abi Ishaq (w. 117 H). Isa bin Umar al-Tsaqfy; Abu
Umar bin al-„Ula (80-154 H); dan Yunus bin Habib (94 – 182 H), dan Al-Khalil
bin Ahmad al-Farhûdy (100-175 H).
Kajian
nahwu pada masa ini terfokus kepada pemakaian qiyas sebagai
sumber dalam membentuk qawâid nahwu, khususnya masalah akhir kata (i’râb)
dalam kalimat.
Di
samping itu, Al-Khalil bin Ahmad al-Farhûdy menyusun sebuah kamus yang berjudul
“Mu’jam al-‘Ain” Sebuah kamus pertama bahasa Arab dengan sistematisasi
abjad yang dimulai dengan huruf „ain. Oleh sebab itulah, kamus ini
disebut dengan Mu’jam al-‘Ain.
Bahkan
menurut Chaer, bahwa pertumbuhan linguistik Arab dimulai sejak masa renaisans.
Studi bahasa Arab mencapai puncaknya pada abad ke-8 dengan terbit-nya kamus
bahasa Arab yang berjudul Kitâb al-‘Ain.[3]
2.
Periode
Pertumbuhan dan Perkembangan
Dikatakan
sebagai periode pertumbuhan dan per-kembangan, seiring dengan munculnya
perhatian para linguis Arab terhadap qawaid bahasa Arab dan lahirnya berbagai
karya tentang qawaid nahwu.
Periode
ini dimulai sejak akhir masa Khalil bin Ahmad sampai pada masa-masa awal
Al-Mazany dan al-Sikkit. Di antara para tokoh nahwu pada masa ini adalah
Al-Akhfas al-Akbar (w. 172 H); Sibwaih (w. 180 H) dengan karanganya “al-Kitâb”;
al-Yazidy (w. 202 H)l Abu Zaid (w. 215 H); al-Ashma‟y (w. 216 H); al-Akhfash
al-Ausath (w. 211 H) dengan karyanya “al-Ausath fî al-Nahwi”; dan
Quthrub (w. 206 H) dengan karyanya: al-‘Ilâl fî al-nahwi, dan al-Istiqâq
fî al-tashrîf.
3.
Periode
Kejayaan
Disebut
sebagai periode kejayaan, karena perhatian dan keseriusan para linguis Arab
untuk menulis berbagai judul yang terkait dengan nahwu demikian pesat.
Pesatnya kajian nahwu pada periode ini sama dengan pesatnya kajian terhadap
ilmu-ilmu lain, seperti filsafat, kedokteran, pendidikan, dll.
Di
antara para linguis arab yang terkenal pada periode ini adalah, antara lain:
Abu „Umar Al-Jarâmy (w. 225 H) dengan karyanya al-Mukhtashar fi al-Nahwi dan
Kitab al-Abniyah; Al-Tauzy (238 H); Abu Usman Al-Mazâny (w. 249 H); Abu
Hâtim Al-Sajastâny (w. 250 H) Al-Riyâsyi (w. 257 H), dan Al-Mubrid (w. 275 H).
4.
Periode
Reformasi atau Reformulasi
Yang
dimaksud dengan reformasi atau reformulasi di sini adalah munculnya pemikiran
dan upaya dari para linguis Arab untuk memformat kembali materi nahwu dan
pembahasannya supaya lebih mudah dipelajari.
Sebetulnya
reformulasi materi nahwu telah muncul pada abad ke-6 H. Yang dipelopori oleh
Ibn Madhâ dengan kitabnya al-Radd ‘Ala al-Nuhât. Namun pemikiran ini
“tenggelam” ditelan masa, dan baru menampakkan diri kembali sekitar akhir abad
ke-13 H. Atau awal abad 19 M. Seiring dengan munculnya nama-nama tokoh linguis
Arab antara lain: Rifa‟at al-Thahthâwy (1801-1873 M.) dengan karyanya:
“al-Tuhfat al-Maktabiyat fî Taqrîb al-Lugat al-‘Arabiyah”, „Ali Jârim dan
Musthafâ Amin, dengan karyanya: “al-Nahwal-Wâdhih”. Ibrâhîm Musthafâ
dengan karyanya “Ihyâ’ al-Nahwi pada tahun 1937 M., Hasan Kamil
dengan kitabnya “al-‘Arabiyah al-Mu’âshirah. Depar-temen Pendidikan dan
Ilmu Pengetahuan di Mesir, melalui hasil keputusannya pada tahun 1938 M., Majma’
al-Lugah, melalui keputusan muktamarnya pada tahun 1945 M., dan Syauqî
Dhayf dengan karya-karyanya antara lain: al-Radd ‘Alâ al-Nuhât li Ibn Madhâ
al-Qurthubî, Tajdîd al-Nahwi, dan Taisîr al-Nahwi al-Ta’lîmî Qadîman wa
Hadîtsan ma’a Nahji Tajdîdihi.
Demikian
sekilas tentang sejarah singkat perjalanan kajian nahwu. Seiring dengan
itu, pertumbuhan dan perkem-bangan linguistik di dunia barat pun demikian
pesat. Teori-teori baru pun bermunculan. Dan pada akhirnya linguistik menjadi
sebuah disiplin ilmu tersendiri.
C. Tokoh dan Karyanya
Sebagai sebuah disiplin
ilmu tersendiri, studi terhadap linguistik menjadi lebih komprehensif. Untuk
beberapa tahun terakhir ini, ditemukan beberapa karya dari para linguis Arab
tentang علم اللغة (linguistik) di antara tokoh dan karyanya
adalah sebagai berikut:
·
الدكتورإبراهيمأنيس
.1 الأصواتاللغوية
.2 فىاللهجاتالعربية
.3 دلالةالألفاظ
.4 منأسراراللغة
.5 مستقبلاللغةالعربيةالمشتركة
.6 طرقتنميةالألفاظفىاللغة
.7 اللغةبينالقوميةوالعامة
·
الدكتورإبراهيمالسمامرائي
.8 دراساتفىاللغة
.9 مباحثاللغوية
·
الدكتورأحمدمختارعمر
.11 دراستصوتاللغوي
·
الدكتورتمامحسن
.11 اللغةالعربية،معناهاومبناها
·
الدكتورعليعبدالواحدوافى
.12 علماللغة
.13 نشأةاللغةعندالإنسانوالطفل
·
الدكتوركمابشر
.14 درساتفىعلماللغة
·
الدكتورمحمودحجازي
.15 علماللغةالعربية
.16 مدخلإلىعلماللغة.
D.
Karakteristik
Bahasa Arab
Bahasa
Arab memiliki karakteristik yang unik dan universal.
Dikatakan unik karena bahasa Arab memiliki ciri khas yang membedakannya dengan
bahasa lainnya, sedangkan universal berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa
Arab dengan bahasa lainnya. Karakteristik universalitas bahasa Arab antara lain
dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Bahasa Arab memiliki gaya bahasa yang beragam,
yang meliputi, 1) ragam sosial atau sosiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan
stratifikasi sosial ekonomi penuturnya; 2) ragam geografis, ragam bahasa yang
menunjukan letak geografis penutur antara satu daerah dengan daerah lain,
sehingga melahirkan dialek yang beragam; 3) ragam idiolek yaitu ragam bahasa
yang menunjukan integritas kepribadian setiap individu masyarakat (لهجة فردية).
2.
Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan
atau pun tulisan. Menurut Bloomfield bahasa lisan merupakan hakekat adanya
suatu bahasa. Realitas ini dapat dipahami karena adanya bentang sejarah
peradaban manusia terlihat jelas mereka pada umumnya berbahasa lisan meskipun
diantara mereka tidak dapat menulis dan tidak mengenal lambang tulisan. Bahasa
lisan sebagai system verbal lebih banyak dipakai oleh manusia dalam
berkomunikasi antara satu dengan lainnya antar anggota masyarakat di
lingkungannya. Hal ini dimaksudkan agar penyampaian pesan lebih cepat dipahami
maknanya oleh masyarakat sasaran.
3.
Bahasa Arab memiliki system, aturan dan
perangkat yang khas, antara lain bahasa Arab itu :
1.
Sistemik, bahasa yang memiliki system standard
yang terdiri dari sejumlah sub-sub system (sub system tata bunyi, tata kata,
kalimat, syntax, gramatikal, wacana dll.).
2.
Sistematis, artinya bahasa Arab juga memiliki
aturan-aturan khusus, dimana masing-masing komponen sub system bahasa bekerja
secara sinergis dan sesuai dengan fungsinya.
3.
Komplit, maksudnya bahasa itu memiliki semua
perangkat yang dibutuhkan oleh masyarakat pemakai bahasa itu ketika digunakan
untuk sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi dan bersosialisasi antar
mereka.
4.
Bahasa Arab memiliki sifat yang arbitrar dan
simbolis. Arbitrar berarti mana suka, artinya tidak adanya hubungan rasional
antara lambang verbal dengan acuannya. Kata dalam setiap bahasa merupakan lambang-lambang
benda nyata, abstrak, gagasan, dan sebagainya. Dengan sifat simbolis yang
dimiliki bahasa, manusia dapat mengabstraksikan berbagai pengalaman dan buah
pikirannya tentang berbagai hal, termasuk hal-hal yang kelak akan dialaminya.
5.
Bahasa Arab berpotensi untuk berkembang,
produktif dan kreatif. Hal ini terjadi karena perkembangan bahasa selalu
mengikuti perkembangan peradaban manusia, sehingga muncul kata dan istilah-istilah
bahasa baru yang digunakan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus berkembang.
6.
Bahasa Arab merupakan fenomena individu dan
fenomena sosial. Sebagai fenomena individu, bahasa merupakan ciri khas
kemanuisaan. Ia bersifat insani karena hanya manusia yang mempunyai kemampuan
berbahasa verbal. Adapun sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan konvensi
suatu masyarakat pemilik atau pemakai bahasa itu. Seseorang menggunakan bahasa
sesuai norma-norma yang disepakati atau ditetapkan untuk bahasa tersebut.
Kesepakatan disini maksudnya bukanlah kesepakatan formal sebagai hasil
konferensi atau muktamar yang melibatkan anggota masyarakat luas. Kesepakatan
yang dimaksudkan pada dasarnya merupakan kebiasaan yang berlangsung turun temurun
dari nenek moyang, yang sifatnya mengikat dan harus diikuti oleh semua pengguna
bahasa. Jika seseorang tidak mematuhi atau menyimpang dari kesepakatan bersama
tersebut, maka bahasa yang dituturkannya tidak akan dipahami atau paling tidak
akan dipahami secara menyimpang (misunderstanding)[4] oleh
orang lain dalam masyarakat yang sama.
Dari
karakter yang sedemikian uniknya, bahasa Arab telah melahirkan banyak ilmu-ilmu
yang menyangkut kebahasaan,kesusastraan, dan lain sebagainya, Diantara
ilmu-ilmu itu ada ilmu retorika, tata bahasa, kaligrafi, sastra, tata cara
menulis (imla'), kaligrafi, dan masih banyak lagi. Ilmu-ilmu mengenai bahasa
Arab ini terus dan terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan
dunia pendidikan dalam bidang bahasa, apalagi setelah mengalami kontak dengan
dunia asing, bahasa Arab dan lmu-ilmu tersebut terus mengalami perkembangan
sesuai dengan kebutuhan zaman.
Tokoh bahasa arab zaman dulu.
Ilmu selain nahwu
Produk keilmuan
Kitab2 ilmu lughah
Peranan
bahasa arab
Kitab-kitab
yang membahas ilmu lughah
Karakteristik
studi kebahasaan di dunia timur
SASTRA ARAB
Bahasa
Arab termasuk rumpun bahasa SEMIT. Yaitu bahasa yang dipakai bangsa-bangsa yang
tinggal disekitar sungai Tigris dan Furat, dataran Syiria dan Jazirah Arab
seperti bahasa Siryania, Finisia, Assyiria, Babilonia, Ibrania, dan Arabia.
Dari seian banyak bahasa tadi yang dapat bertahan sampai kini hanya bahasa Arab
dan bahasa Ibrany.
Sebenarnya,
bahasa Arab itu timbul sejak beberapa sebelum islam. Hanya saja pencatatan dari
bahasa tersebut baru dimulai dua abad setelah lahirnya Islam. Karena bukti
peninggalan sastra Arab yang dapat dicatat hanya dimulai sejak dua abad sebelum
Islam. Sedangkan hasil karya karya sastra Arab yang ada dimasa sebelumnya boleh
dikata lenyap dimakan oleh masa. Jadi dengan demikian kita tidak dapat
mengetahui dengan pasti bagaimanakah bentuk bahasa Arab di masa lampau. [5]
Pembagian
kesusastraan Arab
Menurut
zamannya kesusastraan Arab dibagi lima periode. Pembagian ini angat erat sekali
hubungannya dengan keadaan sosial, politik, sosial dan agama. Untuk mengetahui
keadaan sosial, politik dan agama suatu bangsa biasanya dapat kita lihat dari
hasil saastra yang dihasilkan oleh bangsa itu, sebab kesusastraan adalah cermin
yang dapat menggambarkan keadaan sebenarnya suatu bangsa.
Pembagian
kesusastraan Arab:
a.
Al-Asr al-jahily (zaman
jahiliyah)
Periode
ini dimulai dua abad sebelum Islam lahir sampai agama Islam lahir. Adapun
penyair masa jahiliyah diantaranya Umru al-Qais, Amr ibn Kaltsum, Al-Khansa’, dll.
b.
Asr Shadr al-Isllam dan
kerajaan Umawiyah
Periode
ini dimulai sejak lahirnya agama Islam sampai runtuhnya daulat Bani Umayyah.
c.
Al-Asr Abbasy (zaman
Abbasiyah)
Perode
ini dimulai sejak bberdirinya daulat Bani Abbasiyah sampai runtuhnya kota
baghdad oleh tangan bangsa Mongolia tahun 656 H.
d.
Al-Asr Al-turky (zaman
Pemerintahan Turki)
Periode
ini dimulai sejak runtuhnya kota Baghdad sampai timbulnya kebangkitan bangsa
Arab di abad modern.
e.
Al-Asr Al-Hadis (modern)
Timbulnya
kesusastraan modern ditandai dengan timbulnya rasa nasionalisme bangsa Arab di
abad modern smpai sekarang.[6]
Salah
satu tokoh ahli sastra Arab adalah Najib Kailani. Beberapa yang masih di
nikmati antara lain; berupa novel diantaranya ardh al-Anbiya’u, hikayatu jad Allah, qaatilu Hamzah, dll;
cerpen: ibtisam fi qalby asy-syaithan, lailu al-aabid; antologinya; al-ghani
al-ghuraba’u.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bahasa arab linguistik dikenal
dengan ‘ilmullughoh’, meskipun perkembangan linguistik timur kurang di bahas
tapi bukan berarti ilmu bahasa belum di pelajari di timur justru lahirnya
linguistik timur lebih dahulu namun hanya kurang di ekspos saja..
Meskipun terlahir indah namun bahasa
arab pada awalnya hanya terfokus pada sya’ir-sya’ir gurun, sehingga menyebabkan
lemah dalam intelektual. Dan datangnya agama Islam sangat berpengaruh dengan
bahasa Arab.
Sehingga bisa di simpulkan
Perkembangan bahasa arab sehingga menjadi bahasa internasional tidaklah
terlepas dari pengaruh agama islam yang berkembang pesat di jagad dunia.
Dari
karakter yang sedemikian uniknya, bahasa Arab telah melahirkan banyak ilmu-ilmu
yang menyangkut kebahasaan,kesusastraan, dan lain sebagainya, Diantara
ilmu-ilmu itu ada ilmu retorika, tata bahasa, kaligrafi, sastra, tata cara
menulis (imla'), kaligrafi, dan masih banyak lagi. Ilmu-ilmu mengenai bahasa
Arab ini terus dan terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan
dunia pendidikan dalam bidang bahasa, apalagi setelah mengalami kontak dengan
dunia asing, bahasa Arab dan lmu-ilmu tersebut terus mengalami perkembangan
sesuai dengan kebutuhan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul, Linguistik
Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Ahmad Maulana,
dkk., Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Absolut, 2004.
M. Echols,John
& Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia,
2006.
www.sastrasantri,com “perkembangan
linguistik arab” , tanggal akses 11 maret 2013.
Sesi 1
1.
Kelompok 3:
a. Bagaimana
perkembangan Bahasa Arab sekarang di timur tengah?
b. Perbedaan
perkembangan dan pertumbuhan?
2.
Kelompok 2:
a. Apakah sama arti
dari reformulasi atau reformasi?
3.
Kelompok 8:
a. Adakah kesepakatan
tentang penemuan ilmu nahwu?
4.
Kelompok 7:
a. Cara memberi syakal
dan memahami sebelum adanya ilmu shorof,nahwu dll?
5.
Kelompok 4:
a. Dalam makalah
tertulis “Bahasa
Arab memiliki sifat yang arbitrar dan simbolis. Arbitrar berarti mana suka,
artinya tidak adanya hubungan rasional antara lambang verbal dengan acuannya”
katanya kembali kemana?
[1]Abdul Chaer, Linguistik
umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012) hal.6
[2]Ibid, hal.332
[3] Abdul Chaer, Op.Cit.,
h. 342.
[4]John M. Echols &
Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2006),
hal. 383
[5] Yunus
Ali al muhdar, sejarah kesusastraan Arab, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1982) hlm,12.
[6] Wildana
Wargadinata, Laily Fitriani, Sastra Arab dan Lintas Budaya, (Malang:
UIN-Malang Press, 2008) hlm, 22
[7] Mardjoko
Idris, Kritik Sastra Arab,(yogyakarta: Bidang Akademik, 2008) hlm 50.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar