BAHASA AMIYAH
Disusun
oleh :
Fatimah Azzahra Mutmainnah 12420007
Nurlaila 12420018
Muhammad Shofwan Zauri Azizi 12420093
Muhammad Danar Dauri 12420102
Yuniar Auliya 12420104
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami haturkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW
berkat jasa beliau Islam menjadi agama rahmatan lil alamain.
Makalah yang berjudul “Bahasa ‘Amiyah” ini,
kami persembahkan untuk memenuhi tugas kolektif mata kuliah sosiolinguistik sebagai mata kuliah wajib semester
tiga, jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Faklultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam pembuatan makalah ini, tentunya tidak terlepas
dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung . Oleh karena itu kami mengucapakan terimakasih
kepada seluruh pihak yang terlibat khususnya kepada Dr. Semobodo Ardi Widodo
selaku dosen pengampu matakuliah yang bersangkutan.
Tidak bisa kami pungkiri bahwa dalam penulisan makalah ini memiliki keterbatasan dan juga kekurangan,
oleh karena itu kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman
sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki makalah ini di masa datang.
Sehingga makalah berikutnya dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik. Kami mengharapkan semoga
banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari makalah ini.
Yogyakarta, 25 Oktober 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan
manusia, sebab bahasa merupakan salah satu ikatan terkuat yang menghubungkan
suatu individu atau masyarakat.[1] Bahasa merupakan alat komunikasi antara satu bangsa
dengan bangsa lain. Bangsa arab merupakan bangsa yang sangat fanatisme terhadap
bahasanya, sehingga dengan penuh keyakinan mereka mengatakan bahwa al-Qur’an di
turunkan dengan menggunakan bahasa arab, karena pada hakekatnya,Nabi Muhammad
SAW di lahirkan di bangsa arab.
Kecintaan
orang Arab akan bahasanya ini, membuat bahasa Arab begitu cepat berkembang.
Namun banyak faktor lainnya yang mempengaruhi bahasa Arab berkembang sedemikian
cepat, yang terpenting di antaranya adalah datangnya Islam
Lughah Amiyah adalah bahasa yang
digunakan dalam urusan tidak resmi dan dalam percakapan umum sehari – hari
.Istilah Amiyah (pasaran) ini sebenarnya diambil dari beberapa nama menurut
sebagian pakar Bahasa Arab kontemporer, seperti Dârij, Lahjah’arabiyyah
Al-Amiyah, Al-Amiyah, Al-Arbiyyah Al-Amiyah, Kalam Darij dan nama-nama
lainya.
Sebagai
contoh di Indonesia mempunyai penduduk yang menggunakan bahasa jawa, namun
antara bahasa jawanya orang Tegal dan Semarang sangat berbeda. Bahkan satu
diantara keduanya belum tentu memahami bahasa jawa dengan dialek yang berbeda.
Tapi dengan itu mereka tau dari daerah mana si pembicara berasal. Begitu pula
dengan bahasa arab, setiap daerah mempunyai lahjah yang berbeda dan suatu
lahjah itu mempunyai ciri khas di setiap daerah. Dari situ kita bisa mengetahui
dari daerah mana si pembicara itu berasal.
Pada abad 19 masehi, para ilmuan bahasa
membagi lahjah ‘amiya menjadi 5 kelompok, yaitu: Lahjah Hijaziyah Nahdiyah,
yang digunakan oleh penduduk Hijaz, Nejd, dan Yaman., Lahjah Suriyah, di negara
Suria, Lebanon, Palestina, dan Timur Yordania., Lahjah ‘Iraqiyah di Irak.,
Lahjah Misriyah di Mesir dan Sudan., dan Lahjah Maghribiyah yang digunakan oleh
penduduk selatan Afrika. Contohnya dalam kalimat “Apa yang sedang kamu
lakukan?” diungkapkan dengan “biti’mel eh?” dalam dialek Mesir, dan “syu am
bitisyawi?” dalam dialek Syiria.[2]
2.
Rumusan
masalah
1)
Apakah Perbedaan bahasa Arab Fusha dan Amiyah?
2)
Jelaskan kemunculan Bahasa
Amiyah! Dan faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan bahasa Amiyah?
3)
Jelaskan dialek bahasa Arab?
4)
Apakah ada kesalahpahaman budaya
antara Arab dan Indonesia? Dan adakah bahasa ejekan didalam bahasa Arab?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Bahasa
Fusha dan Amiyah
Bahasa Arab dilihat dari ragamnya dapat dibedakan ke
dalam dua macam bentuk, yaitu
Pertama, bahasa Arab fusha (ragam standar). Menurut Emil Badi’
Ya’qub, bahasa Arab fusha adalah bahasa yang digunakan dalam
al Qur-an, situasi-situasi resmi, penggubahan puisi, penulisan prosa dan juga
ungkapan-ungkapan pemikiran (tulisan-tulisan ilmiah). Secara umum bahasa ini
dapat diklasifikasikan dalam dua tingkatan, yaitu Bahasa Arab Klasik (Classical
Arabic) yang digunakan dalam bahasa al Qur-an dan Bahasa Arab Standar Modern
(Modern Standard Arabic) yang digunakan dalam bahasa ilmiah.
Kedua, bahasa Arab ‘amiyyah (ragam non-standar). Menurut Emil
Badi’ Ya’qub, bahasa ‘amiyyah atau yang sering dikenal
dengan al-Lahjah adalah bahasa yang digunakan dalam
urusan-urusan biasa (tidak resmi), dan yang diterapkan dalam keseharian (istilah
familiarnya bahasa gaul; yarab,,). Bahasa ini tidak lain adalah bahasa yang
digunakan dalam percakapan sehari-hari. Adapun istilah-istilah lain yang sering
digunakan oleh para ahli bahasa untuk menyebut jenis bahasa ini adalahas-Saykal
al-Lughawi ad-Daraj, al-Lahjah as-Sya-i’ah, al-Lughah
al-Muhakkiyah, al-Lughah al-’Arabiyah al-’Amiyah, al-Lahjah ad-Darajah,
al-Lahjah al-’Amiyah, al-Lughah ad-Darajah, al-Kalam ad-Daraj, al-Kalam
al-’Amiy, dan ada pula yang menyebutnya dengan istilah lughatusy
Sya’b.
Dari beragam dialek bahasa Arab memang terdapat
perbedaan satu sama lain sehingga dimungkinkan mereka saling tidak memahami.
Sebagai contoh antara bahasa Arab dialek Mesir (bAdM) dengan bahasa Arab dialek
Syiria (bAdS). Dalam bAdM, kalimat “Apa yang sedang kamu lakukan?” diungkapkan
dengan “biti’mel eh?“. Adapun di Syiria diungkapkan dengan “shu’am
t’saawi?” Catatan bahwa hampir semua kata-kata dari kalimat tersebut jauh
berbeda, yaitu kata kerja “mengerjakan” dalam bAdM “yi’mel” sedangkan
dalam bAdS “yisaawi“, kata tanya “apa” dalam bAdM “eh” sedangkan
dalam bAdS “shu“, konstruksi bentuk simple continuous tense “sedang”
dalam bAdM mendapat awalan “bi” sedangkan dalam bAdS mendapat awalan “am“,
dan perbedaan yang terakhir posisi kata tanya “apa” dan “ini”. Dalam bAdM
penggunaan kedua kata tersebut cenderung diletakkan di belakang, sedangkan
dalam bAdS sebaliknya. Sehingga ketika ingin mengungkapkan “Apa yang kamu
inginkan?”, orang Mesir akan mengatakan “Ayiz eh?“, sedangkan orang
Syiria akan mengatakan “shu bidak?“. Begitu pula ketika ingin
mengungkapkan “Ini buku”, orang Mesir mengatakan “el-kitaab da“,
sedangkan orang Syiria akan mengatakan “hal-kitab“. Walaupun memang ada
yang mengatakan bahwa kedua bahasa dialek tersebut memiliki kesamaan dalam
sintaksnya, akan tetapi dengan adanya perbedaan kosakata yang digunakan
menjadikan mereka tidak saling faham.
Hal inilah yang menjadikan salah satu sebab munculnya
kontroversi di kalangan masyarakat Arab sendiri tentang penggunaan bahasa ‘amiyyah itu
sendiri. Di antara mereka ada yang sepakat dan ada pula yang tidak sepakat
digunakannya bahasa ini. Mereka yang tidak sepakat sebagian besar berpendapat
bahwa bahasa Arab fusha adalah bahasa Arab yang paling tinggi tingkatannya. Bahasa ini bahasa
persatuan negeri Arab atau antar kaum muslimin di dunia. Adapun mereka yang
sepakat dengan digunakannya bahasa Arab ‘amiyyah seperti
digunakannya bahasa tersebut sebagai bahasa resmi negara, karena bahasa Arab
akan mengalami stagnasi jika hanya bahasa fusha yang berlaku.
Hubungan antara bahasa Arab ‘amiyyah dengan
bahasa Arab fusha seharusnya dapat dijelaskan
secara gamblang. Dalam beberapa bahasa terdapat tingkatan kultur pemakaian dan
macam fungsi. Agar penggunaan bahasa Arab lebih efektif maka salah satu caranya
adalah kita harus tahu tentang tingkatan dan fungsi tersebut. Lebih dari itu,
bahasa Arab selalu berubah di setiap abad. Oleh karena itu, secara garis besar
kita mungkin dapat membedakannya sebagai berikut :
1.
Bahasa Arab Klasik atau Bahasa Arab Al Qur-an lebih
mengacu secara spesifik pada grammar dan penggunaan Al Qur-an hingga sampai
pada masa kekhalifahan.
2.
Bahasa Arab Formal Kontemporer lebih mengacu secara
spesifik pada grammar bahasa Arab dan penggunaannya pada abad ke-20. Termasuk
dalam kategori ini, kita mungkin saja menekankan penulisan bahasa Arab secara
formal sekalipun terkadang menimbulkan sebuah kesalahan besar dengan
mengabaikan penulisan secara informal atau spoken Arabic.
3.
Bahasa Arab ‘Amiyyah atau Spoken
Arabic mengacu pada bentuk bahasa Arab yang digunakan dalam percakapan
sehari-hari. Perlu dicatat (jika perlu) bahwa bagaimanapun juga orang-orang Arab yang tak
berpendidikan jarang sekali menggunakan bahasa formal dan klasik dalam
percakapan mereka.
B.
Munculnya
Bahasa ‘Amiyah dan Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangannya
a)
Munculnya bahasa ‘Amiyah
Di jaman pra-islam,
masyarakat Arab mengenal stratifikasi kefasihan bahasa. Kabilah yang dianggap
paling fasih di banding yang lain adalah Quraisy yang dikenal sebagai surat
al-Arab (pusatnya masyarakat Arab). Kefasihan bahasa Quraisy ini terutama ditunjang
oleh tempat tinggal mereka yang secara geografis berjauhan dengan negara-negara
bangsa non-Arab dari segala penjuru. Di bawah kefasihan Quraisy adalah bahasa
kabilah Tsaqif Hudzail, Khuza'ah, Bani Kinanah, Ghathfan, bani Asad dan Bani
Tamim, menyusul kemudian kabilah Rabi'ah, lakhm, Judzam, Ghassan, Iyadh, Qadha'ah,
dan Arab Yaman, yang bertetangga dekat dengan Persia, Romawi dan Habasyah
(Al-Rafi'i, 1974:252-253). Kefasihan berbahasa itu terus terpelihara hingga
meluasnya ekspansi Islam ke luar jazirah dan masyarakat Arab mulai berinteraksi
dengan masyarakat bangsa lain. Dalam proses interaksi dan berbagai transaksi
sosial lainnya itu terjadi kesalingpengaruhan antarbahasa. Masyarakat `ajam
belajar berbahasa Arab, dan masyarakat Arab mulai mengenal bahasa mereka.
Intensitas interaksi tersebut lambat laun mulai berimbas pada penggunaan bahasa
Arab yang mulai bercampur dengan beberapa kosakata asing, baik dengan atau
tanpa proses pengaraban (ta'rib). Pertukaran pengetahuan antar mereka
juga berpengaruh pada pertambahan khazanah bahasa Arab khususnya menyangkut
hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui masyarakat Arab ketika hidup terisolasi
dari bangsa lain. Masyarakat non-Arab juga kerap melakukan kesalahan dalam
menggunakan bahasa Arab. Fenomena ini kemudian makin meluas melalui
transaksitransaksi sosial, misalnya dalam aktivitas ekonomi di pasar-pasar
terutama sejak abad ke-5 H. (Al-Rafi'i, 1974:244-245). Ragam Bahasa Arab yang
digunakan, terutama di pasar-pasar, pada gilirannya mulai menemukan ciri-ciri
tersendiri dan meneguhkan identitasnya. "Bahasa pasaran" itu telah
menjadi medium komunikasi yang dimengerti oleh berbagai pihak yang terlibat di
dalamnya. Berbeda dengan ragam bahasa Arab fusha yang sarat muatan
teologis sebagai bahasa agama, ragam bahasa "pasar" ini begitu ringan
mengalir tanpa adanya aturan yang rumit yang harus diwaspadai.
Fenomena penyimpangan
bahasa (lahn) adalah cikal bakal lahirnya bahasa amiyah, bahkan
ia disebut sebagai bahasa amiyah yang pertama. Berbeda dengan
dialek-dialek bahasa Arab yang digunakan di sejumlah tempat lokal, bahasa amiyah
dianggap sebagai suatu bentuk perluasan bahasa yang tidak alami (Al-Rafi'i,
1974:234). Bahasa Arab amiyah adalah bahasa yang "menyalahi"
kaidah-kaidah orisinil bahasa fusha. Dengan kata lain, bahasa amiyah adalah
"bahasa dalam penyimpangan" (lughat fi: al-lahn) setelah
sebelumnya merupakan fenomena penyimpangan dalam (sebuah) bahasa (lahn fi:
al-Lughat) (Al-Rafi'i, 1974:234). Secara perlahan tapi pasti bahasa amiyah
terus berkembang hingga menjelma sebagai bahasa yang otonom dengan
kaidahkaidah dan ciri-cirinya sendiri. Bahasa amiyah di negeri-negeri
(taklukan) Islam awalnya adalah lahn yang sederhana dan masih labil
karena masyarakatnya masih memiliki watak bahasa Arab yang genuin. Karena itu, di
awal kemunculannya, bahasa amiyah di kalangan masyarakat masih mempunyai
rentangan antara yang lebih dekat dengan bahasa baku (fusha) sampai pada
yang jauh darinya. Contoh daerah yang memiliki bahasa yang masih sangat dekat dengan
bahasa baku itu sampai abad ke-3 H antara lain negeri Hijaz, Basrah dan Kufah
(Al-Rafi'i, 1974:255). Selanjutnya bahasa amiyah mulai menyebar di
beberapa tempat semisal Syam, Mesir dan Sawad. Di beberapa tempat itu, bahasa
Arab fusha sudah menerima kosa kata serapan dari Persia. Romawi,
Qibtiyah dan Nabthiyah dalam jumlah yang cukup besar. Karena itu bahasa
masyarakat mulai rusak dalam ukuran yang signifikan. Masyarakat mulai
mencampuradukkan bahasa asli mereka dengan bahasa-bahasa serapan, tanpa melakukan
pemilahan. Di antara kosakata serapan yang paling banyak diambil adalah kata
benda (asma:?), sedangkan kata-kata ajektiva sedikit saja yang diadopsi.
Banyaknya pengadopsian kata benda itu karena intensitas pemakaiannya lebih
tinggi dibanding jenis kata yang lain (Al-Rafi'i, 1974:255).
b)
Faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa Amiyah
Perkembangan
bahasa Arab 'amiyah modern dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Bahasa Arab tersebar di beberapa
negara yang tidak berbahasa Arab
2. Faktor sosial politik
3. Faktor biologis
4. Letak bunyi dalam kalimat, maka
pembahasan ini dimulai dari :
♥
Mentransfer kata-kata baru dari bahasa asing ke dalam
beberapa logat 'Amiyah yang memiliki kesamaan dengannya. Adapun yang di
transfer ke dalam bahasa Irak kebanyakan dari kata-kata Turki, Persia dan
Kurdi. Ke dalam Dialek Syam kebanyakan dari Kata-kata Turki dan Perancis. Dan
ke dalam Dialek Mesir kebanyakan dari kata-kata Turki, Yunani, Perancis, dan
Italia.
♥
Masuknya kaidah-kaidah baru ke dalam sebagian
Dialek 'Amiyah (اللهجات العامية)
karena adanya kebutuhan dalam berbicara atau dari adanya persamaan
dengan bahasa yang lain. Seperti yang telah di transfer ke dalam bahasa Mesir
dan Irak dengan Metode nasab atau penurunan (طريقة النسب) bahasa Turki (dengan
menambahkan Jim (ج)dan Ya' (ي)) pada sebagian kata,
khususnya kata yang menunjukan pada pengalihan seperti (عربجى ,
طرشجى, جزمجى). Dan
dengan metode Idhofah (penambahan) pada sebagian kalimat
dengan mandahulukan Mudhof ilahi dari pada Mudhof seperti
(كتبخانة,
أنتيكخانة). Dan
dengan mentransfer ke dalam susunan beberapa dialek yang di ambil
dari metode Idhofah(penambahan) dengan menengahi kata seperti
kata Bata'un (بتاع)
merupakan simpangan (alihan) dari kata Mata'un (متاع). Dalam bahasa Tunis
dan Al-Jazair seperti kata Inta'un yang juga penyimpangan dari
kata Mata'un (متاع).Adapun
dalam bahasa Suria dan Libanon, Kata Taba'un. Seperti pada kalimat
: Al-kitabu Taba'aa_. Di Nejad, Majazi dan
Sudan, Kata haq(حق )
digunakan untuk laki-laki dan kata haqqoh (حقة) untuk perempuan dengan
cara menukarkan huruf Qof (ق)
dengan huruf jim (ج).
Maka diucapkan seperti dalam kalimat : الكراسة حجتىى dan الكتاب حجى yakni asal dari
kalimat كتابى و كراستى .
Di Irak, kata مال digunakan
untuk laki-laki sedangkan kata مالة digunakan
untuk perempuan. Maka diucapkan seperti kalimat:الكتاب مالى dan. الكراسة مالتى Pada masa yang baru, masuk juga ke
dalam susunan dialek-dialek ini bahwa fi'il mudhori' itu dipakai untuk
menunjukan pekerjaan yang bersifat kontinuitas. Maka sebagian dari fi'il itu di
isyaratkan dengan huruf ba' (ب)
pada awal fi'il, seperti بَيكْتُبُ pada
sebagian dialek Mesir, dan dengan huruf kaf (ك) seperti كيكْتُبُ pada dialek Maroko. Atau
dengan kata راه seperti
kata راه يكتب pada
dialek Maroko. Kebiasaan ini juga dipakai di Mesir tetapi digunakan untuk
menunjukan masa yang akan datang dengan menukarkan huruh hā (ه) nya dengan huruf ha (ح), maka diucapkan seperti
kata راح يكتب .
♥
Dan di antara kaidah-kaidah modern yang
juga merupakan bagian penting atas sebagian dialek Arab di Mesir yaitu
mengakhirkan Isim Isyaroh pada beberapa tarkib seperti kalimat الولد
ذا = هذا الولد. Dan mengIdhofatkan huruf sin (س) untuk
menunjukan peniadaan atau penguatan seperti
dalam kata-kata ما يرضاش =ما يرضى, مش كويش= أو طيب ما هو كويش . Dan banyaknya
menggunakan Tashgir (التصغير) pada kata yang menunjukan sifat tanpa adanya maksud untuk mentashgirkan.
Hal ini terjadi pada sifat yang menunjukan penyempitan atauQillah (القِلَّةِ). Seperi dalam kata-kata : صغير, أصير,رفيع,أليل,أريب sebagai ganti dari صغير قريب, قليل, رفيع,
قصير . Perbedaan
dialek-dialek tersebut muncul dikarenakan kesepakatan berbagai hal, yaitu
diantaranya :
1. Mengosongkan harakat pada kata-kata
yang digunakan dalam bahasa fusha, sehingga seluruh kata diakhirkan dengan
sukun, meskipun pada kata-kata mu’rob.
2. Mengganti cara mudah dan dan gaya
bahasa bebas dengan cara yang detail yang digunakan oleh bahasa fusha dalam
susunan kalimat beserta susunan unsur-unsurnya.
3. Tidak menjaga bagian dialek,
melainkan bagian mufrodat yang diwariskan oleh leluhur bangsa arab dan
digunakan oleh banyak orang saja, seperti kalimat-kalimat yang sangat
diperlukan dalam percakapan sehari-hari.
C.
Dialek
Bahasa Amiyah
Berdasarkan tempatnya
(dialek geografi), bahasa Arab
dibedakan ke dalam dialek Libanon, Iraq, Syiria, Algeria, Maroko, Libya, Sudan,
Saudi Arabia, Palestina, dan Mesir. Lebih dari itu, setiap dialek tersebut
ternyata memiliki sejumlah sub-subdialek yang beragam pula. Dialek Mesir
memiliki dua bentuk dialek yang berbeda, yaitu dialek Mesir bagian Bawah/Hilir
(Lower Egyptian) dan dialek Mesir
bagian Atas/Hulu (Upper Egyptian).
Menurut
Wafy bahasa ‘amiyyah yang menjauh
dari bahasa Arab fusha baik itu di
Irak, Syam, Hijaz, Yaman, Mesir, dan Maroko, sebenarnya hanya perbedaan kecil
saja yaitu dalam sistem pembentukan kalimat, perubahan pembentukan,
kaidah-kaidah isytiqaq (derivasi),
jamak, ta’nits, sifat, nisbah, dan tashghir.
Ì
PERUBAHAN DALAM PENUTURAN
a. Orang Mesir biasanya menuturkan huruf “ق” dengan “ء”.
Contoh: يا بنى قم واقرأ كتابك
Dibaca: Yabni um wa’ra’ kitâba
Artinya: Berdiri dan bacalah bukumu, nak!
b. Orang Mesir melafalkan huruf “ج” dengan “g”.
Contoh: سبحان الله ايه اللى جابك هنا
Dibaca: Subhanallah. Eeh elle gabak hina
Artinya: Ya ampun, gimana ceritanya bisa datang kemari.
Contoh: يا بنى قم واقرأ كتابك
Dibaca: Yabni um wa’ra’ kitâba
Artinya: Berdiri dan bacalah bukumu, nak!
b. Orang Mesir melafalkan huruf “ج” dengan “g”.
Contoh: سبحان الله ايه اللى جابك هنا
Dibaca: Subhanallah. Eeh elle gabak hina
Artinya: Ya ampun, gimana ceritanya bisa datang kemari.
c. Huruf “ث” selalu diucapkan dengan “ت”.
Contoh: احنا اكثر من ثلاثة
Dibaca: Ihna aktar min talâtah
Artinya: Kita khan tiga orang lebih
d. Biasanya huruf “ظ” biasanya dituturkan dengan huruf “ض”
Contoh: احنا ح نصل الظهر سواء والله
Dibaca: ….الضهر…., dengan menggunakan “ض”
Artinya: Sumpah, kita akan sholat Zuhur bareng.
e. Kadang, “ء” dibunyikan” “ى. Untuk memudahkan pengucapan.
Contoh: يا رئيس انا جاى اه, مش نائم
Dibaca: Ya rayyis ana gay aho, misy nayim
Artinya: Hei Bung, gue datang, nih, nggak tidur.
f. Biasanya huruf “ذ” diucapkan dengan “د”.
Contoh: الذهب ذا….كذا
Dibaca: Addahab dah…kida
Artinya: Emas ini, keren, lho
Bahasa ‘Amiyah Mesir dan Saudi adalah bahasa yang
mendominasi pasaran pergaulan orang Arab, terutama bahasa ‘Amiyah Mesir, dimana
sebagian besar negara Arab akan memahaminya, sehingga dalam contoh ‘Amiyah
hanya diberikan ‘Amiyah Mesir dan Saudi, namun bukan menafikan bahasa ‘Amiyah negara
lain, mengingat semua Negara Arab memiliki ‘Amiyah tersendiri, kesemuanya itu
dapat dilihat pada contoh-contoh ungkapan di bawah ini:
مَعْنَى
Arti
|
مَصْرِيَة
Bhs Pasar Mesir
|
سَعُوْدِيَة
Bhs Pasar Saudi
|
فُصْحى
Bhs Arab resmi
|
Selamat atas kalian
|
السَّلاَ مُ عَلَيْكُمْ
Assalaamu `alikum
|
السَّلاَ مُ عَلَيْكُمْ
Assalaamu `alikum
|
السَّلاَ مُ عَلَيْكُمْ
Assalaamu `alikum
|
Selamat datang
|
أَهْلأ وَ سَهْلأ
Ahlan wasahlan
|
أَهْلأ وَ سَهْلأ
Ahlan wasahlan
|
أَهْلأ وَ سَهْلأ
Ahlan wasahlan
|
Selamat pagi
|
صَبَاحُ الفوْل
Shabaahul fuul
|
صَبَاحُ الْخَيْرِ
Shabaahul khair
|
صَبَاحُ الْخَيْرِ
Shabaahul khair
|
Selamat sore
|
مَسَاءُ الْخَيْرِ
Masaa ul kher
|
مَسَاءُ الْخَيْرِ
Masaa ul kher
|
مَسَاءُ الْخَيْرِ
Masaa ul khair
|
Selamat tidur
|
تَصْبَحُ عَلىَ الْخَيْرِ
Tesbah `alal kher
|
تَصْبَحُ عَلىَ الْخَيْرِ
Tesbah `alal kher
|
تَصْبَحُ عَلىَ الْخَيْرِ
Tasbahu `alal khair
|
Selamat ( hari-hari besar, ‘Ied, tahun baru. Ultah )
|
كُلُّ سَنَةٕ وَ أنْتَ
طَيِّبٌ
Kullu sanah wenta thayyib
|
كُلُّ سَنَةٕ وَ أنْتَ
طَيِّبٌ
Kullu sanah winta thayyib
|
كُلُّ سَنَةٕ وَ أنْتَ
طَيِّبٌ
Kullu sanatin wa anta
thayyib
|
Selamat ( Kelulusan, Nikah, Jabatan, mendapat rezki
)
|
مَبْرُوْك
Mabruuk
|
مَبْرُوْك
Mabruuk
|
مَبْرُوْك
Mabruuk
|
Apa
|
إِيْه
hEe
|
إِيْش
Iysy
|
مَا
Maa
|
Mengapa
|
لِيْه
Leyh
|
لِيْشْ
Liysy
|
لِمَاذَا
Limaadza
|
Kapan
|
إِمْتَى
Imta
|
مَتَى/ ﺇﻤﺗﻰ
Mataa / Imta
|
مَتَى
Mataa
|
Bagaimana
|
ﺇﺰﱠﻱْ
Izzay
|
كِيْفْ
Keyf
|
كَيْفَ
Kayfa
|
Apa Kabar?
|
إِزَيَّكْ
Izayyak
|
كَيْفْ حَالَك
Keyf haalak
|
كَيْفَ حَالُكَ
Kayfa haaluka
|
Bagaimana Kabarmu?
|
إِزَّيْ أخْبَارَكْ
Izzay akhbaarak
|
إيْشْ أخْبَارَكْ
Iysy akhbaarak
|
كَيْفَ أخْبَارُكَ
Kayfa akhbaaruka
|
Alhamdulillah baik-baik saja
|
كُوَيْسْ الْحَمدُ لله/
اَلْحَمْدُلله كُلُّ تَمَام
Kuways alhamdulillah /
Alhamdulillah kullu tamaam
|
بِخَيْر الْحَمدُ لله
Bikher alhamdulillah
|
بِخَيْرٍ وَالْحَمْدُ لله
Bikhairin alhamdulillahi
|
Boleh berkenalan denganmu?
|
مُمْكِنْ أتَعَارَفْ
عَلَيْكْ
Mumkin ata’aaraf ‘alaik
|
مُمْكِنْ أتَعَارَفْ
عَلَيْكْ
Mumkin ata’aaraf ‘alaik
|
هَلْ يُمكِنُنِي أنْ
أتَعَارَفَ عَلَيْكَ
Hal yumkinuni an ata’aarafa
‘alaika
|
Silahkan
|
إتْفَضَّلْ
Itfaddhal
|
فَضَّلْ
Faddhal
|
تَفَضَّلْ
Tafaddhal
|
Siapa namamu?
|
إسْمَكْ إِيْه
Ismak eeh
|
إيْشِ اسْمَكْ
Iysy ismak
|
مَا إِسْمُكَ
Maa ismuka
|
Nama saya khalid
|
إِسْمِيْ خَالِدٌ
Ismi khaalid
|
إِسْمِيْ خَالِدٌ
Ismi khaalid
|
إِسْمِيْ خَالِدٌ
Ismi khaalid
|
Tinggal di mana
|
سَاكِنْ فِيْنْ
Saakin feyn
|
وَيْنْ سَاكِنْ
Weyn saakin
|
أَيْنَ تَسْكُنُ
Ayna taskunu
|
Saya tinggal di Silale
|
كُنْتُ سَاكِنْ فِي
سِيْلاَلِي
Kunt saakin fi Silale
|
أَنَا سَاكِنْ بِسِيْلاَلِي
Ana saakin bi Silale
|
أسْكُنُ بِسِيْلاَلِي
Askunu bi Silale
|
Berapa umurmu
|
عَنْدَكْ كَمْ سَنَة
‘Andak kam sanah
|
كَمْ عُمْرُكَ
Kam ‘umruk
|
كَمْ عُمْرُكَ
Kam ‘umruka
|
Kamu berwarganegara apa?
|
جِنْسِيَّتَكْ إيْه
Ginsiyatak ee
|
إِيْشْ جِنْسِيَتَك
Iysy Jinsiyyatak
|
مَا جِنْسِيَّتُكَ
Ma jinsiyyatuka
|
Di mana alamatmu
|
عُنْوَانَكْ فِيْن
‘Unwaanak feyn
|
وَيْنْ عُنْوَانَك
Weyn ‘Unwaanak
|
مَاعُنْوَانُكَ
Ma ‘unwaanuka
|
Apa Pekerjaanmu
|
بِتِشْتَغَلْ إيْه
Bitisytaghal ee
|
إِيْشْ شُغْلَكْ
Iysy syughlak
|
مَا شُغُلُكَ
Maa Syughuluka
|
Apa yang sedang engkau kerjakan?
|
بِتَعْمِلْ إِيْه
Bita’mel eyh
|
إِيْشْ شَوِّي إِنْتَ
Iysy syawwi inta
|
مَاذَا تَفْعَلْ
Maadza taf’al
|
Kamu dari mana?
|
إِنْتَ مِِنْ إيْن
Inta mineyn
|
إِنْتَ مِِنْ إيْن
Inta mineen
|
مِنْ أيْنَ أنْتَ
Min aina anta
|
Kapan kamu datang
|
تيْجئ إمْتى
Tiigi imta
|
جِيْتْ إمْتَى
Jeyt imta
|
مَتَى جِئْتَ
Mata ji’ta
|
Baru saja
|
مِنْ شُوَيَّ
Min syuwayya
|
مِنْ شُوَيَّ
Min syuwayya
|
قَبَْلَ قَلِيْل
Qabla qaliil
|
Besok datang ketemu saya sebelum dzuhur
|
تِجِي لِيْ بُكْرَة قَبْلَ
الظُّهْر
Tigiili bukrah qabla
addzhuhur
|
تِجِي لِيْ بُكْرَة قَبْلَ الظُّهْر
Tijiili bukrah qubaila
ddzhuhur
|
تَجِيْئُ لِيْ بُكْرَة
قَبْلَ الظُهْرِ
Tajiu lii bukrah qabla
addzhuhri
|
Sekarang
|
دِلْوَقْتِ
Dilwa’ti
|
دِلْحِيْن
Dilhiin
|
ﺍﻵﻦ
Al-aan
|
Mau pergi ke mana sekarang
|
هَاتْرَوَّحْ فِيْن
دِلْوَقْت
Hatrawwah feyn dilwa’ti
|
فِيْن تَرَاح دِلْحِيْن
Feyn taraah dilhiin
|
أيْنَ سَتَذْهَبُ الْيَوْم
Aina satadzhabul aana
|
Mau apa
|
عَاوُزْ إيْه
‘Aawuz ee
|
إيْشْ تِبْغَى
Iysy tibgha
|
مَاذَا تُرِيْدُ
Maadza turiidu
|
Saya mau tidur
|
عَايِزْ أنَام
‘Aayiz anaam
|
أَبْغَى النَّوْم
Abghan naum
|
أُرِيْدُ أنْ أنَامَ
Uriidu an anaama
|
Saya tidak mau apa-apa darimu
|
مُشْ عَايِزْ حَاجَة مِنَّك
Mesy ‘Aayiz haaga minnak
|
مَا أبْغَى حَاجَة مِنَّك
Maa abgha haajah minnak
|
لاَأرِيْدُ شَيْئًا مِنْكَ
La uriidu syaian minka
|
Tunggu sebentar
|
إِسْتَنَّ شُوَيَّ
Istanna syuwayya
|
إِسْتَنَّ شُوَيَّ
Istanna syuwayya
|
إنْتَظِرْ لَحْظَة
Intadzhir lahdzhah
|
Jangan terlambat
|
مَا تِتْأَخَّرْشِ
Matet akkharsy
|
مَا تِتْأَخَّرْ
Ma tit akkhar
|
لاَ تَتَأَخَّرْ
La tata akkhar
|
Saya marah denganmu
|
أنَا زَعْلاَنْ مِنَّكْ
Ana za’laan minnak
|
أنَا زَعْلاَنْ مِنَّكْ
Ana za’laan minnak
|
أنَا زَعْلاَنٌ مِنْكَ
Ana ghadhbaan minka
|
Mengapa marah terhadap saya
|
زَعْلاَن مِنِّي كِدَه
لِيْه
Za’laan minni kida leyh
|
زَعْلاَنْ مِِنِّي لِيْش
Za’lan minni liysy
|
لِمَاذَا تغْضَبُ مِنِّي
Limaadza taghdhabu minni
|
Karena kamu terlambat
|
عَشَان تَأَخَّرْتَ
‘Asyaan ta akkhart
|
عَشَان تَأَخَّرْتَ
‘Asyaan ta akkhart
|
لأَنَّكَ تَأَخَّرْتَ
Liannaka ta akkharta
|
Saya minta maaf / sorry
|
أَنَا مُتَأَسِّف
Ana muta assif
|
أنَا آسِفٌ
Ana aasif
|
أنَا آسِفٌ
Ana aasif
|
Maaf / sory
|
مَا عَلَيْشْ
Ma ‘alaysy
|
مَا عَلَيْشْ
Ma ‘alays
|
آسِفٌ
Aasif
|
Permisi
|
عَنْ إذْنِك
‘an idznak
|
عَنْ إذْنِك
‘an idznak
|
عَنْ إذْنِك
‘an idznak
|
Permisi / jika kau izinkan
|
لَوْ سَمَحْتَ
Law samaht
|
لَوْ سَمَحْتَ
Law samaht
|
لَوْ سَمَحْتَ
Law samahta
|
Ada yang kau butuhkan / bisa saya bantu?
|
فِي حَاجَة
Fii haaga ?
|
فِي حَاجَة
Fii haajah ?
|
هَلْ هُنَاكَ شَيْئٌ
تَحْتَاجُ إلَيْهِ
Hal hunaaka syai`un tahtaaju
ilaihi
|
Tidak, terima kasih
|
لاَ ٬ شُكْرًا
La’ syukran
|
لاَ ٬ شُكْرًا
La, syukran
|
لاَ ٬ شُكْرًا
La, syukran
|
Tidak ada
|
مَفِيْشْ
Mafiisy
|
مَا فِيْ
Maa fii
|
غَيْرُ َوْجُوْد
Ghairu maujuud
|
Dimana saya bisa membeli kopi
|
هَأشْتَرِى الْقَهْوَة
فِيْن
Ha asytaril ahwa feyn
|
وَيْن أشْتَرِى الْقَهْوَة
Weyn asytari al-qahwah
|
أَيْنَ سَأشْتَرِى
الْقَهْوَة
Aina sa asytarii al-qahwata
|
Di kedai kopi
|
فِي كَافِتِرِيَا
Fi kafteria
|
فِي الْمَقْهَى
Fil maqha
|
فِي الْمَقْهَى
Fil maqha
|
Di dalam
|
جَوَّة
Gawwah
|
جَوَّة
Jawwah
|
فِى الدَّاخِلِ
Fid daakhili
|
Masuk ke dalam
|
أُدْخُلْ / أدِّيْ جَوَّة
Udkhul / Addi gawwah
|
أُدْخُلْ / أدِّيْ جَوَّة
Udkhul / Addi jawwah
|
اُدْخُلْ
Udkhul
|
Maju ke depan
|
خُشُّ قُدَّام
Khusy uddaam
|
خُشُّ قُدَّام
Khusy quddam
|
تَقَدَّمْ إلَى الأمَامِ
Taqaddam ilal amaam
|
Lihat di depanmu
|
بُسُّ قُدَّامَك
Buss uddaamak
|
بُسُّ قُدَّامَك
Buss quddaamak
|
أُنْظُرْ أمَامَك
Undzhur amaamak
|
Jalan ke kanan terus ke kiri
|
ﺨﺶ ﻴﻤﻴﻦ ﻮﺒﻌﺪ ﺸﻤﺎﻞ
Khussyu yamiin wa ba’den
syimaal
|
ﺨﺶﻴﻤﻴﻦﺛﻢﱠﻴﺴﺎﺭ
Khussyu yamin tsumma yasaar
|
ﺇﻤﺸﻰ ﻴﻤﻴﻨﺎ ﺛﻢﱠﻴﺴﺎﺭ
Imsyii yamiinan tsumma
yasaar
|
Ya, Iya
|
أَيْوَهْ
Aywah
|
نَعَمْ / أَيْوَهْ
Na’am / eywah
|
نَعَمْ
Na’am
|
Belum
|
لِسَّ
Lissa
|
لِسَّ
Lissa
|
لَمْ
Lam
|
Ok, Okey
|
مَاشِي
Maasyii
|
طَيِّبٌ
Thayyib
|
حَسَنًا / طَيِّبٌ
Hasanan / Thayyib
|
Sudah
|
خَلاَصٌ
Khalaash
|
خَلاَصٌ
Khalaash
|
خَلاَصٌ
Khalaash
|
Setuju?
|
مُوَافِق
Muwaafi’?
|
مُوَافِق
Muwaafiq?
|
هََلْ أنْتَ مُوَافِقٌ
Hal anta muwaafiq
|
Cepat!
|
بِسُرْعَةٍ
Bisur’ah
|
بِسُرْعَةٍ
Bisur’ah
|
بِسُرْعَةٍ
Bisur’atin
|
Pelan-pelan!
|
بِالرَّاحَةِ
Birraha
|
بِالسُّوِيْس
Bisweys
|
بِالرَّاحَةِ
Birraahati
|
Apa ini?
|
إِيْه دَاه
Ee daa
|
إِيْش هٰذا
Iysy haadza
|
مَا هٰذَا
Maa haadza
|
Tidak apa-apa, Tidak ada masalah
|
مَفِيْشْ مُشْكِلَة
Mafiisy Musykilah
|
مَا فِي مُشْكِلَة
Maa fii musykilah
|
لَيْسَتْ فِيْهِ مَسْأَلَة
Laysat fiihi mas alatun
|
Mau apa kau?
|
مَا لَكْ إنْتَ
Inta Maa lak
|
إِيْش تِبْغَي
Iysy tebgha
|
مَاذَا تُرِيْدُ
Maadza turiidu
|
Biarkan saya sendiri
|
سِبْنِيْ لِوَحْدِي
Sibni liwahdi
|
سِبْنِيْ لِوَحْدِي
Sibni liwahdi
|
أُتْرُكْنِي لِوَحْدِيْ
Utrukni liwahdii
|
Hati-hati!
|
خَلِّى بَالَك
Khalli baalak
|
إِحْتَرِسْ
Ihtaris
|
كُنْ حَاذِرًا
Kun haadziran
|
Tidak mungkin
|
مُشْ مُمْكِن
Musy mumkin
|
لاَ يُمْكِن / مُسْتَحِيْلٌ
La yumkin / mustahiil
|
لاَ يُمْكِن / مُسْتَحِيْلٌ
La yumkin / mustahiil
|
Berikan saya secangkir the
|
هَاتِ كُبَّايَا الشَاي
Hat kubbaaya syai
|
هَاتِ كُبَّايَا الشَاي
Hat kubbaaya syai
|
هَاتِ كُوْبًا مِنَالشَاي
Haati kuuban minas syaay
|
Apakah ada kopi susu
|
ﻋﻨﺪﻚ ﻘﻬﻭﺓ ﺒﺎﻠﺤﻠﻴﺏ
‘andak ahwa bil haliib
|
ﻋﻨﺪﻚ ﻘﻬﻭﺓ ﺒﺎﻠﺤﻠﻴﺏ
‘andak qahwa bil haliib
|
ﻫﻞ ﻋﻨﺪﻚ ﺍﻟﻘﻬﻮﺓ ﺑﺎﻠﺤﻠﻴﺏ
Hal ‘indaka al-qahwatu bil
haliibi
|
Berapa harganya
|
بِكَمْ
Bikam
|
بِكَمْ
Bikam
|
كَمْ ثَمَنُه
Kam tsamanuhu
|
Mari, kesini nak
|
تَعَالْ يَاوَلَدُ
Ta’aal ya walad
|
تَعَالْ يَاوَلَدُ
Ta’aal ya walad
|
تَعَالْ يَاوَلَدُ
Ta’aala ya waladu
|
Mari/ayo kita pergi
|
يَالله بِنَا نَرُوْح
Yallah bina nrawwah
|
يَالله بِنَا نَرُوْح
Yallah bina nuruuh
|
هَيَّا بِنَا نَذْهَبُ
Hayya bina nadzhabu
|
Kita mau ke mana
|
هَانَرَوَّحْ فِيْن
Hanrawwah feyn
|
وَيْنْ نَرُوْح
Weyn sanruuh
|
أَيْنَ سَنَذْهَبُ
Ayna sanadzhab
|
Kita naik taxi
|
هَانَرْكَبُ تَاكْس
Hanirkab teks
|
سَنَركَب تَاكْس
Sanirkab teks
|
سَنَرْكَبُ سَيَّارَة
الأُجْرَة
Sanarkabu sayyaratal ujrati
|
Saya tidak punya uanga
|
مَاعَنْدِيْس فُلُوْس
Ma ‘andisy fuluus
|
مَا عِنْدِي فُلُوْسٌ
Ma ‘indi fuluus
|
مَا عِنْدِي فُلُوْسٌ
Ma ‘indi fuluus
|
Jangan takut, saya yang bayar
|
ﻤﺎﺘﺨﻔﺶﺃﻨﺎ ﺍﻠﻠﻲ ﻫﺄﺪﻔﻊ ﻟﻚ
Matkhafsyii, anally hadfa’
lak
|
ﻤﺎﺘﺨﺎﻒ ﺴﺄﺪﻔﻊ ﻟﻚ
Ma takhaaf sa adfa’ lak
|
ﻻﺘﺨﺎﻒ ﺴﺄ ﺪﻔﻊ ﻟﻚ
La takhaaf sa adfa’u laka
|
Terima kasih banyak
|
مُتَشَكِّرِيْن قَوِي
Mutsyakkiriin aawi
|
شُكْرًا جَزِيْلا
Syukran jaziila
|
شُكْرًا جَزِيْلا Syukran jaziilan
|
Sampai ketemu lagi
|
أَشُوفَكْ ثَانِيَة
Asyuufak taanyah
|
أَشُوفَكْ ثَانِيَة
Asyuufak tsaaniyah
|
سَأَرَاكَ لاَحِقًا
Sa araaka laahiqan
|
Mengapa kau melihatku seperti itu?
|
ﺒﺘﺒﺴﻴﻠﻲﻜﺪﺍﻩ ﻟﻴﻪ
Bitbussili kida leyh
|
ﺒﺘﺒﺴﻴﻠﻲﻫﻜﺬﺍ ﻟﻴﺵ
Bitbussili haakadza liysy
|
لِمَاذَا تنْظُرُ إليَ
هٰكَذَا
Limaadza tandzhuru ilayya
haakadza
|
Saya merasa ada sesuatu yang aneh dalam hatiku
|
ﺤﺴﻴﺖ ﺒﺤﺎﺠﺔﻏﺮﻴﺑﺔ ﻔﻲﻘﻠﺒﻲ
Hasseyt bihaaga ghariibah fi
alby
|
ﺤﺴﻴﺖ ﺒﺤﺎﺠﺔﻏﺮﻴﺑﺔ ﻔﻲﻘﻠﺒﻲ
Hasseyt bihaaja ghariibah fi
qalby
|
ﺤﺴﺴﺖ ﺑﺸﻴﺊ ﻏﺮﻴﺏ ﻔﻲ ﻘﻟﺒﻲ
Hasastu bi syai in ghariibin
fi qalby
|
Aku mencintaimu
|
أنَا بَحِبَّك
Ana bahibbak
|
أنَا بَحِبَّك
Ana bahibbak
|
أنَا أُحِبُّكَ
Ana uhibbuka
|
Saya juga
|
وَأنَا كَمَان
Wanakamaan
|
وَأنَا كَمَان
Wanakamaan
|
وَأنَا أَيْضًا
Wa ana aydhan
|
Kamu pembohong
|
أنْتَ كَذَّاب
Inta kaddzaab
|
أنْتَ كَذَّاب
Inta kaddzaab
|
أنْتَ كَذَّاب
Anta kaddzaabun
|
Percayalah padaku
|
صَدِّقْنِي
Shadda’ni
|
صَدِّقْنِي
Shaddiqni
|
صَدِّقْنِي
Shaddiqni
|
Maafkan aku
|
مَاعَلَيْش
Ma ‘Aleysy
|
مَاعَلَيْش
Saamihniy
|
أنَا آسِفٌ
Ana aasifun
|
Tidak masalah / tidak apa-apa
|
مَافِيْشْ مُشْكِلَة
Ma fiiysy musykilah
|
مَافِي مُشْكِلَة
Ma fi musykilah
|
لَيْسَتْ فِيْهِ مَسْأَلة
Laysat fiihi mas alatun
|
Silahkan duduk
|
إتْفَضَّلْ عُدْ
Itfaddhal ‘uud
|
تَفَضَّلْ بِالْجُلُوْس
Tafaddhal bil juluus
|
تَفَضَّلْ بِالْجُلُوْس
Tafaddhal biljuluusi
|
Mau minum apa
|
ﻋﺎﻭﺯﺤﺎﺠﺔ ﻟﻟﺸﺮﺏ
‘Auz Haaga lissyarb
|
ﺘﺒﻐﻰ ﺨﺎﺠﺔ ﻟﻟﺸﺮﺏ
Tibgha haaja lissyarb
|
ﻤﺎﺫﺍ ﺴﺘﺸﺭﺏ
Maadza satasyrab
|
Tidak usah repot-repot
|
ﻤﺎ ﺘﺘﻌﺒﺶ ﻨﻔﺴﻚ
Ma tit’absyi nafsak
|
ﻤﺎ ﺘﺘﻌﺏ ﻨﻔﺴﻚ
Ma tit’ab nafsak
|
ﻻ ﺪﺍﻋﻴﺔ ﻟﻟﺘﻌﺏ
La daa’iyah litta’bi
|
Saya mempunyai kabar baru
|
ﻋﻨﺪﻱ ﺃﺨﺒﺎﺮﺠﺪﻴﺪ
‘Andii akhbaar gadiid
|
ﻋﻨﺪﻱ ﺃﺨﺒﺎﺮﺠﺪﻴﺪ
‘Indi akhbaar jadiid
|
ﻋﻨﺪﻱ ﺃﺨﺒﺎﺮﺠﺪﻴﺪ
‘Indii akhbaarun jadiidun
|
Apa itu?
|
إِيْه دَاه
Ee daa
|
إِيْش هِيَ
Iysy hiya
|
مَاهِيَ
Ma hiya
|
Baru saja saya melihat seorang cewek cantik
|
ﺸﻔﺖ ﺃﺤﻟﻰ ﺒﻨﺖ ﻤﻥﺸﻮﻱﱠ
Syuftu ahla bint min
syuwayya
|
ﺸﻔﺖ ﺃﺤﻟﻰ ﺒﻨﺖ ﻤﻥﺸﻮﻱﱠ
Syuftu ahla bint min syuwayya
|
ﺮﺃﻴﺕ ﺒﻨﺘﺎ ﺠﻤﻴﻟﺔ ﻘﺒﻝ ﻘﻟﻴﻝ
Ra aytu bintan jamiilatan
qabla qaliilin
|
Dimana engkau melihatnya
|
ﺷﻔﺘﻬﺎ ﻔﻴﻦ
Syuftaha feyn
|
ﻮﻴﻥ ﺷﻔﺘﻬﺎ
Weyn syuftaha
|
ﺃﻴﻦ ﺮﺃﻴﺘﻬﺎ
Aina ra aytaha
|
Bicaralah dengan pelan
|
ﺇﺘﻜﻟﻡ ﺑﺎﻟﺮﺍﺤﺔ
Itkallim birraaha
|
ﺗﻜﻟﻢ ﺑﺎﻟﺴﻮﻴﺱ
Takallam bissweys
|
ﺗﻜﻟﻢ ﺒﺎﻟﺮﺍﺤﺔ
Takallam birraahati
|
Nanti saja saya telfon kamu karena sekarang saya
harus pergi
|
ﺨﻼﺹﻫﺃﺗﺼﻞ ﺒﻚ ﻋﺸﺎﻥﻫﺄﺮﻮﺡ
ﺩﻯﺍﻟﻭﻘﺖ
Khalaash, hattashil bik
‘asyan ha arawwah dil wa’ti
|
ﺨﻼﺺ ﺴﺄﺘﺼﻝ ﺑﻚ ﻋﺸﺎﻥ ﺴﺄﺮﻮﺡ ﺪ
ﻟﺤﻴﻦ
Khalash, sa attashil bik
‘asyaan sa aruuh dilhiin
|
ﺇﺬﻦ ﺴﺄﺘﺼﻞ ﺒﻚ ﻋﻟﻰ ﺍﻟﻬﺎﺗﻒ
ﻷﻨﻲ ﺴﺄﺫﻫﺐ ﺍﻵﻦ
Idzan sa attashilu bika
‘alal haatifi lianny sa adzhabul aana
|
Saya akan tunggu telfon darimu
|
ﻫﺄﺴﺘﻥﱠﺘﻠﻔﻮﻨﻙ
Hastanna telfuunak
|
ﺴﺄﺴﺘﻦﱠﻤﻜﺎﻠﻤﺘﻚ
Sa astanna mukaalamatik
|
ﺴﺄﻨﺘﻆﺭﺇﺘﺼﺎﻟﻚ
Sa antadzhiru ittishaalaka
|
Besok kita pergi sama-sama
|
ﻫﺎ ﻨﺮﻭﺡ ﺒﻜﺮﺓ ﻤﻌﺎ
Hannarwwah bukrah ma’an
|
ﺴﻨﺭﻮﺡ ﺒﻜﺮﺓ ﺴﻮﻯ ﺴﻮﻯ
Sanruuh bukrah sawa sawa
|
ﺴﻨﺬﻫﺏ ﻤﻌﺎ ﻏﺪﺍ
Sanadzhabu ma’an ghadan
|
Jam berapa?
|
سَاعَة كَمْ
Saa’ah kam
|
سَاعَة كَمْ
Saa’ah kam
|
كَمِ السَّاعَة
Kamis-saa’ah
|
Terserah kamu
|
عَلَى رَاحْتِكَ
‘Ala rahtak
|
عَلَى رَاحْتِكَ
‘Ala rahtak
|
عَلَى رَاحْتِكَ
‘Ala raahatika
|
Jangan tergesa-gesa / terburu-buru
|
مَاتِسْتُعْجِلْش
Matista’jilsyi
|
مَا تَسْتَعْجِل
Ma tista’jil
|
لاَ تَسْتَعْجِل
La tasta’jil
|
Di depan rumah
|
قَدَّامُ الْبَيْت
Uddaamil beyt
|
قَدَّامُ الْبَيْت
Guddamil beyt
|
أمَامَ الْبَيْت
Amaamal bayti
|
Di mana liftnya
|
فِيْن الأسَانْسِيْر
Feynil asansiir
|
وَيْن الْمَصْعَد
Weynil mash’ad
|
أَيْنَ الْمَصْعَدُ
Aynal mash’adu
|
Hati-hati
|
خَلِّي بَالَك
Khalli baalak
|
إحْتَرِسْ
Ihtaris
|
كُنْ حَذْرًا
Kun Haadziran
|
Aku rindu padamu
|
ﻮﺤﺸﻨﻲ / ﻮﺤﺸﺘﻴﻧﻲ
Wahisyni / Wahisytiini
|
ﺃﻨﺎ ﻤُﺸﺘﺎﻖ ﺇﻟﻴﻚ
Ana musytaaq ilayk
|
ﺃﻨَﺎ ﻤُﺸﺘﺎﻖ ﺇﻟﻴﻚ
Ana musytaaqun ilaika
|
Mana bapakmu
|
فِيْن أبُوْك
Feyn abuuk
|
وَيْن أبُوْك
Weyn abuuk
|
أيْنَ أَبُوْك
Ayna abuuka
|
Mana ibumu
|
مَمْتَك فِيْن
Mamtak feyn
|
وَيْن أُمَّك
Weyn ummak
|
أَيْنَ أُمُّكَ Ayna ummuka
|
Apakah anda telah menikah
|
إِنْتَ مِتْجَوِّز
Inta mitgawwiz?
|
أنْتَ مُتَزَوِّجْ؟
Inta mitzawwij?
|
هَلْ أَنْتَ مُتَزَوِّج
Hal anta mutazawwijun
|
Saya belum menikah
|
أنَا لِسَّ مُتَجَوِّز
Ana lissa mitgawwiz
|
أنَا لِسَّ مُتَزَوِّج
Ana lissa mitzawwij
|
أَنَا لَمْ أتَزَوَّج
Ana lam atazawwaj
|
Belum
|
لِسَّ
Lissa
|
لِسَّ
Lissa
|
لَمْ
Lam
|
Kurang ajar / sedikit adabnya
|
قَلِيْلُ الأَدَبِ
Aliilul adab
|
قَلِيْلُ الأَدَبِ
Qaliilul adab
|
قَلِيْلُ الأَدَبِ
Qaliilul adabi
|
Saya capek / letih
|
أنَا تَعْبَان
Ana ta’baan
|
أنَا تَعْبَان
Ana ta’baan
|
أنَا تَعْبَان
Ana ta’baanun
|
Ia sakit
|
ﻫُﻮَ ﻤَﺮﻴْﺽ
Huwa mariidh
|
ﻫُﻮَ ﻤَﺮﻴْﺽ
Hua mariidh
|
ﻫُﻮَ ﻤَﺮﻴْﺽ
Huwa mariidhun
|
Tidak masuk akal
|
مُشْ مَعْقُوْل
Musy ma ul
|
غَيْرُ مَعْقُوْلٌ
Ghair ma’guul
|
غَيْرُ مَعْقُوْلٌ
Ghairu ma’quul
|
Saya tidak tahu
|
أنَا مُشْ عَارِف
Ana musy ‘aarif
|
أنَا مَافِي مَعْلُوْم
Ana ma fi ma’luum
|
أنَا لاَأَعْرِف
Ana laa a’rif
|
Keluar!!
|
إطْلَق بَرَّه
Ithla’ barrah
|
أُخْرُج
Ukhruj
|
أُخْرُج
Ukhruj
|
Masuk!!
|
خُشُّ جَوَّة
Khussyu gawwah
|
خُشُّ جَوَّة
Khussyu jawwah
|
أُدْخُل
Udkhul
|
D.
Kesalahpahaman
Budaya dan Bahasa Ejekan
a.
Kesalahpahaman budaya
Banyak isyarat non-verbal khas Arab lainnya yang berbeda
makna dengan isyarat non-verbal ala Indonesia. Misalnya, sebagai pengganti
kata-kata, ‘Tunggu sebentar!‘ atau ‘Sabar dong!‘ ketika dipanggil atau sedang
menyeberangi jalan (sementara kendaraan datang mendekat), orang Arab akan
menguncupkan semua jari-jari tangannya dengan ujung-ujungnya menghadap ke atas.
Ketika bertemu dengan kawan akrab, mereka terbiasa saling merangkul seraya
mencium pipi mitranya dengan bibir. Ini suatu perilaku yang dianggap nyeleneh
oleh orang lain umumnya, bahkan mungkin juga oleh orang Indonesia. Orang
lain yang tidak memahami budaya Arab akan menganggap perilaku tersebut sebagai
perilaku homoseksual. Walhasil, jika kita bersama orang Arab, kita harus tahan
berdekatan dengan mereka. Bila kita menjauh, orang Arab boleh jadi akan
tersinggung karena Anda menyangka bahwa kehadiran fisiknya menjijikkan atau
kita dianggap orang yang dingin dan tidak berperasaan. Begitu lazimnya orang
Arab saling berdekatan dan bersentuhan sehingga senggol menyenggol itu hal
biasa di mana pun di Arab Saudi yang tidak perlu mereka iringi dengan
permintaan maaf. [3]
b.
Bahasa ejekan
Sebagaimana yang kita ketahui di pulau jawa ada yang
dinamakan dengan bahasa ejekan seperti di jawa timur kata “ jancok “ dipakai ketika ketika sedang
pada seseorang atau ketika kita dalam keadaan jengkel pada seseorang dan hal
ini kita sering istilahkan dengan kata mengumpat “ ejek”. Hal seperti ini juga
bias kita temui dikalangan orang arab “ arabiyyun” ketika mereka jengkel atau
sedang marah terhadap seseorang lantas mereka akan mengumpat pada lawan
bicaranya tersebut ,dan untuk bahas ejekan semacam kata “ jancok”. Contoh kata-kata ejekan di arab :
Ω
Mahgrum
: gila
Ω
Za’lan
Ω
Qus
ummak
BAB III
PENUTUP
J
Kesimpulan
Bahasa Arab dilihat dari ragamnya dapat dibedakan
ke dalam dua macam bentuk, yaitu bahasa Arab fusha (ragam
standar) dan bahasa Arab‘amiyyah (ragam non-standar). Menurut Emil Badi’ Ya’qub, bahasa Arab fusha adalah
bahasa yang digunakan dalam al Qur-an, situasi-situasi resmi, penggubahan
puisi, penulisan prosa dan juga ungkapan-ungkapan pemikiran (tulisan-tulisan
ilmiah). Sedangkan bahasa ‘amiyyah atau yang sering dikenal
dengan al-Lahjah adalah bahasa yang digunakan dalam
urusan-urusan biasa (tidak resmi), dan yang diterapkan dalam keseharian (istilah
familiarnya bahasa gaul; yarab,,).
Perkembangan
bahasa Arab 'amiyah modern dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Bahasa Arab tersebar di beberapa
negara yang tidak berbahasa Arab
2. Faktor sosial politik
3. Faktor biologis
4. Letak bunyi dalam kalimat
Berdasarkan
tempatnya (dialek geografi), bahasa Arab
dibedakan ke dalam dialek Libanon, Iraq, Syiria, Algeria, Maroko, Libya, Sudan,
Saudi Arabia, Palestina, dan Mesir. Lebih dari itu, setiap dialek tersebut
ternyata memiliki sejumlah sub-subdialek yang beragam pula. Dialek Mesir
memiliki dua bentuk dialek yang berbeda, yaitu dialek Mesir bagian Bawah/Hilir
(Lower Egyptian) dan dialek Mesir
bagian Atas/Hulu (Upper Egyptian).
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad dkk.2012.
Makalah Bahasa Arab Amiyah Syukiyah. Yogyakarta.
حلووووو، احسنتي يا فاطمة الزهراء
BalasHapusشكرا يا أختي
BalasHapusassalamualaikum. saya nurul , pelajar master di malaysia . kajian saya berkaitan dengan tajuk kajian kamu . boleh atau tidak, saya dapatkan artikel kamu dalam bentuk pdf sebagai rujukan untuk kajian saya ? ini alamat email saya iza_salsabila94@yahoo.com
BalasHapus