KELAHIRAN DAN AWAL
PERTUMBUHAN ISLAM (BANGSA ARAB PRA-ISLAM)
Disusun
Oleh :
Fatimah Azzahra Mutmainnah 12420007
Siti Maryam 12420008
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum datang agama Islam, bangsa Arab telah mempunyai berbagai macam
agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup. Agama baru ini pun
datang membawa akhlak, hukum-hukum dan peraturan-peraturan hidup.
Jadinya agama baru ini datang kepada kepada bangsa yang bukan bangsa baru.
Maka bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah, peraturan-peraturan
Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam. Kemudian terjadilah
pertarungan yang banyak memakan waktu. Pertarungan-pertarungan ini baru dapat
kita alami, kalau kita telah ada pengetahuan
dan pengalaman sekadarnya, tentang kehidupan bangsa Arab, sebelum
datangnya agama Islam.
Cara semacam ini perlu juga kita pakai, bilamana kita hendak memperkatakan
masuknya agama Islam ke Indonesia, Mesir
atau Siria. Kita harus mengetahui sekadarnya keadaan negeri-negeri ini
sebelum datangnya agama Islam, karena pengetahuan kita tentang hal itu akan
menolong kita untuk mengenal dengan jelas, betapa caranya masing-masing ini
menyambut kedatangan Islam.[1]
Menurut sebagian ahli sejarah, tahun 610 M merupakan titik awal kemunculan
Islam sebagai agama samawi dengan Muhammad Saw,− seseorang pedagang di Kota
Mekkah. Tokoh ini kemudian disebut Nabi, pengemban risalah (Rasulullah),
membawa kebenaran yang termanifestasikan dari dirinya sebagai sumber agama
yaitu al-Sunnah, bersifat tafsili sesudah Al-Quran, bersifat mujmal. Kata
Gerhard Andress, ketika menggambarkan ketokohan Nabi tersebut. ‘bagaikan
cahaya di pagi hari’, memancarkan sesuatu menjadi lebih berarti dan setiap
perbuatan selama hayatnya menjadi rujukan waktu itu dan masyarakat sesudahnya.[2]
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
Jahiliyah?
2.
Jelaskan Jazirah Arab secara geografis!
3.
Bagaimana struktur masyarakat Arab?
4.
Bagaimana sistem ekonomi, agama, politik, seni budaya
masyarakat Arab?
5.
Jelaskan tentang kelahiran Nabi Muhammad!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jahiliyah
Kata-kata “Arab jahiliah”
sering digunakan, namun sering pula pengertian mengenai “jahiliah” itu
salah.Terkadang ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “Arab jahiliah”
yaitu bangsa Arab yang bodoh.Pengertian ini jelas tidak tepat.
Dari uraian terdahulu sangat jelas, bahwa
orang-orang Arab sebelum islam (orang Arab jahiliah) tidaklah bodoh mereka
pintar dan cerdas.
Seorang pujangga Arab Syiria, Jarji Zaidan,
membagi masa jahiliah kepada dua masa, yaitu:
1.
Arab
jahiliah pertama (Al-Arabul Jahiliyatul Ula) yaitu zaman sebelum sejarah sampai
abad kelima masehi.
2.
Arab
jahiliah kedua ( Al-Arabul Jahiliyatul Tsaniyah), yaitu dari abad kelima Miladiah
sampai lahirnya Islam.
Apabila
diperhatikan, bangsa Arab pada kedua zaman tersebut tidak semuanya bodoh.
Seorang penulis dan ahli sejarah Islam terkenal, Ahmad Amin, memberi definisi
mengenai “Arab Jahiliah”, yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang membangkang
kepada kebenaran. Mereka terus melawan kebenaran, sekalipun telah diketahui
bahwa itu benar.
Menurut Ahmad Amin, jahiliah bukanlah jahl yang
berarti “tiada ilmu”, namun jahl dalam pengertian safah, ghadhab, anfah (sedai,
berang, tolol). Jadi, lebih tepatnya jahiliah yang dimaksud adalah jahiliyah
(bodoh) dalam hal menerima kebenaran ajaran agama yang lurus dan benar[3].
Kata jahiliah berasal dari kata jahl, tetapi yang
dimaksud disini bukan jahl lawan dari ilm, melainkan lawan dari hilm.
Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal dasar-dasar beberapa cabang ilmu
pengetahuan, bahkan dalam hal seni sastra mereka telah mencapai tingkat
kemajuan yang pesat. Akan tetapi, karena kemerosotan moral melanda mereka, maka
label jahiliah diberikan kepada mereka. Syair-syair Arab Jahili amat kaya
dengan informasi yang berkaitan dengan peradaban mereka itu. Tentu saja
al-Quran merupakan sumber yang paling bisa dipercaya mengenai moral bangsa Arab
menjelang dan pada saat dakwah Islam mulai diserukan.
B. Jazirah Arab Secara Geografis
Negeri Arabia terletak disebelah barat daya
asia, dan merupakan semenanjung yang dikelilingi laut dari tiga jurusan: laut
merah, laut hindia, dan teluk Persia.
Disebelah barat berbatas
dengan Laut Merah, di sebelah selatan dengan lautan Hindia, di sebelah
timur dengan teluk Arab dan di sebelah
utara dengan Gurun Irak dan Gurun Syam (Gurun
Siria). Panjangnya 1.000 km dan lebarnaya kira-kira 1000 km.
Jazirah Arab itu terbagi
atas dua bagian:
1.
Bagian tengah
2.
Bagian tepi.
Bagian tengah terdiri dari
tanah pegunungan yang amat jarang dituruni hujan, penduduknya pun sedikit
sekali, yaitu terdiri dari kaum pengembara yang selalu berpindah-pindah tempat,
menuruti turunnya hujan, dan mencari padang-padang yang ditumbuhi rumput tempat
menggembalakan binatang ternak.
Penduduk bagian tengah
Jazirah Arab disebut kaum Badui, yaitu penduduk gurun (padang pasir). Binatang
ternak yang amat penting bagi kehidupan mereka adalah unta, yang oleh mereka
diberi nama “Safinatus Shahra” (Bahtera padnag pasir), dan biri-biri. Biri-biri
ini adalah salah satu dari bahan hidup yang terpenting bagi mereka. Air susu
biri-biri itu diminum, dagingnya untuk dimakan, kulitnya untuk pakaian, dari
bulunya mereka buat pakaian dan kemah.
Bagian tengah dari Jazirah
Arab terbagi atas dua bagian:
1.
Bagian utara, disebut “Najed”
2.
Bagian selatan,disebut “Al-Ahqaf”
Bagian selatanpenduduknya
amat sedikit, oleh karenanya bagian itu dikenal dengan nama ‘Ar Rab’ul Khali”
(tempat yang sunyi).
Adapun Jazirah Arab bagian
tepi adalah sebuah pita kecil yang melingkari
Jazirah Arab itu. Hanya dipertemukan Laut Merah dengan Laut Hindia pita
itu agak lebar.
Pada Jazirah Arab bagian
tepi itu, boleh dikatakan hujan turun dengan teratur. Oleh karena itu
penduduknya tiada mengembara, melainkan menetap di tempatnya. Mereka mendirikan
kota-kota dan kerajaan-kerajaan, dan sempat pula membina berbagai macam
kebudayaan. Oleh karena itu mereka disebut “Ahlul Hadhar” (Penduduk Negeri).
Negeri-negeri Arabia pada
umumnya terdiri dari padang pasir( sahara), tetapi tidak semuanya tandus, ada
pula yang subur.
Para ahli geografi purba membagi jazirah Arabia
sebagai berikut
a)
Arabia
Petrix, yaitu daerah-daerah yang terletak disebelah barat daya lembah syiria.
b)
Arabia
Deserta, yaitu daerah syiria sendiri.
c)
Arabia
Felix. Yaitu negeri Yaman, yang dikenal dengan nama “bumi hujau”.
Adapun ahli sejarah membagi penduduk
jazirah Arabia sebagai berikut:
1.
Arab
Baidah (bangsa Arab yang telah punah), yaitu orang-orang Arab yang telah lenyap
jejaknya dan tidak diketahui lagi, kecuali karena tersebut dalam kitab-kitab
suci, seperti kaum Ad, dan samud. Di antara kabilah mereka yang termasyhur,
yaitu Ad, Samud Thasam, Jadis, dan Jurham.
2.
Arab
Baqiyah (bangsa arab yang masih lestari), dan mereka terbagi dalam dua
kelompok, yaitu sebagai berikut:
a.
Arab
aribah, yaitu kelompok Qahthan, dan tanah air mereka yaitu yaman. Diantara
kabilah-kabilah mereka yang terkenal, yaitu Jurham, ya’rab, dan dari Ya’rab itu
lahirlah suku-suku kahlan dan Himyar.
b.
Arab
Musta’rabah, mereka adalah bagian besar pendududk Arabia, dari dusun sampai ke
kota, yaitu mereka yang mendiami bagian tengah Jazirah Arabia dan negeri Hijaz
smapai ke lembah syiria. Mereka dinamakan Arab Musta’rabah Karenapada waktu
Jurham dari suku Qahthaniyah mendiami mekah, mereka tinggal bersama Nabi
Ibrahim as. Serta ibunya, dimana kemudian Ibrahim dan putra-putranya
mempelajarai bahasa Arab.
Dari
merekalah kemudian timbul bermacam kaum dan suku Arab, termasuk kaum Quraisy,
yang tumbuh dari induk suku Adnan.[4]
C. Struktur Masyarakat Arab
Dalam struktur masyarakat
Arab terdapat kabilah sebagai intinya. Ia adalah organisasi keluarga besar yang
biasanya hubungan antaranya anggota-anggotanya terikat oleh pertalian darah. (nasab).
Akan tetapi, adakalanya hubungan seseorang dengan kabilahnya disebabkan oleh
ikatan perkawinan, suaka politik atau karena sumpah setia. Kabilah dalam
masyarakat Badwi, di sanping merupakan ikatan keluarga juga merupakan ikatan
politik. Sebuah kabilah dipimpin oleh seorang kepala yang disebut syaikh
al-kabilah, yang biasanya dipilih dari salah seorang anggota yang usianya
paling tua. Solidaritas kesukuan atau ‘ashabiyah qabaliyah dalam
kehidupan masyarakat Arab sebelum Islam terkenal amat kuat. Hal ini diwujudkan
dalam bentuk proteksi kabilah atau seluruh anggota kabilahnya. Kesalahan
seorang anggota kabilah terhadap kabilah lain menjadi tanggung jawab
kabilahnya, sehingga ancaman terhadap
salah seorang anggota kabilah berarti ancaman terhadap kabilah yang
bersangkutan. Oleh karena itu, perselisihan perorangan acapkali melahirkan
peperangan yang berlangsung lama. Dalam masyarakat yang suka berperang nilai
wanita menjadi rendah. Selain itu, akibat perang yang terus menerus kebudayaan
mereka tidak berkembang.[5]
D. Sistem Ekonomi, Agama, Politik, Seni Budaya, Intelektual dan Bahasa Masyarakat Arab
#
Ekonomi
Bangsa Arab jahiliah memiliki beberapa pasar
tempat mereka berkumpul untuk melakukan transaksi jual beli dan membacakan
syair. Pasar-pasar itu terletak di dekat Mekah, yang terpenting diantaranya
ialah Ukaz, Majinnah dan Dzul Majaz. Kabilah Quraisy terkenal sebagai pedagang
yang menguasai jalur niaga Yaman-Hijaz-Syria. Mereka juga mendominasi
perdagangan lokal dengan memanfaatkan kehadiran penziarah Ka’bah, terutama pada
musim haji.
Sesuai dengan tanah Arab yang sebagian besar
terdiri dari padang sahara, ekonomi mereka yang terpenting itu perdagangan. Masyarakat
Quraisy berdagang sepanjang tahun. Di musim dingin mereka mengiim kafilah
dagang ke Yaman, sedangkan di musim panas kafilah dagang mereka menuju ke
syiria.
Perdagangan
yang paling ramai di kota Mekah yaitu selama musim “ Pasar Ukaz” yaitu pada
bulan Zulqaidah, Zulhijah dan Muharram. Adapun keadaan social mereka, terdapat
beberapa segi yang baik danada pula yang buruk.Segi- segi yang baik, misalnya
setia kepada kawan dan setia kepada janji, menghormati tamu, tolong-menolong
antar anggota kabilah.Segi-segi yang buruk misalnya merendahkan derajat wanita,
suku bermusuhan lantara masalah sepele.
#
Agama
Sebagian besar bangsa Arab Jahiliyahadalah
penyembah berhala. Setiap kabilah memiliki patung sendiri, sehingga tidak
kurang dari 360 patung bertengger di Ka’bah yang suci itu. Ada empat patung
yang terkenal, yaitu Lata, Uzza, Manah dan Hubal milik kabilah Quraisy. Sebenarnya
mereka percaya kepada Allah sebagai Pencipta, Pengatur dan Penguasa alam
semesta, sekalipun mereka inkar tentang hidup sesudah mati. Mereka menyembah
patung dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kepercayaan kepada
Allah itu merupakan sisi ajaran tauhid yang dibawa oleh Ibrahim as.
Selain penyembah berhala, ada beberapa kabilah
yang tergolong Shabiah atau penyembah bintang, penyembah binatang,
penyembah jin, disamping mereka yang percaya bahwa malaikat adalah anak-anak
perempuan Tuhan.
Di kalangan penduduk Hirah dan Ghassasinah
tersebar agama Nasrani melalui Bizantium, demikian pula di Najran agama ini
masuk melalui Habsyi. Pusat-pusat agama Yahudi terdapat di Taima, Wadi al-Qura,
Fadk, Khaibar dan yang terpenting adalah Yatsrib. Dalam pada itu, di bagian
timur Jazirah Arab yang berbatasan dengan Persia tersebar agama Majusi. Semua
agama dan kepercayaan itu terdesak oleh Islam ketika ajaran Tauhid ini
memancarkan sinarnya dari jantung jazirah Arab pada abad ketujuh Masehi.
#
Politik
Masyarakat Arab pada zaman jahiliah tidak
memiliki pemerintahan seperti sekarang.Mereka hanya memiliki pimpinan yang
mengurus berbagai hal dalam keadaan perang dan damai.Sering terjadi perang
antarkaum, antarkabilah, dan antarsuku. Bahkan
terkadang ada perang yang terjadi sampai puluhan
tahun, misalnya:
1.
Perang
Busus: perang ini terjadi antar kabilah Bakar dengan kabilah Taghlib selama 40
tahun, hanya disebabkan perselisihan mengenai seekor unta.
2.
Perang
Dahis, perang ini terjadi antara pimpinan suku Al- Ghubara dan suku Dahis, juga
selam 40 tahun, hanya lantaran beberapa perselisihan kecil.
3.
Perang
Fujar, perang ini terjadi kira-kira 268 tahun sebelum Nabi Muhammad diutus
menjadi Rasul. Perang terjadi antara kabilah dan suku, terjadi selama bulan
haram, pada masa berlangsungnya “ Pasar Ukaz”. Masalah perang hanya disebabkan
amsalah kecil, yaitu mengenai seekor unta yang disembelih.
Sudah sejak lama sebelum Islam Ka’bah selalu dikunjungi
oleh bangsa Arab dari seluruh penjuru jazirah untuk melaksanakan ibadah haji.
Oleh karena itu, di Mekah berdirilah pemerintahan untuk melindungi janaah haji
dan menjamin keamanan serta keselamatan mereka. Ditetapkan pula kesepakatan
larangan berperang di kota itu, di samping larangan berperang selama
bulan-bulan tertentu.
Beberapa kabilah yang pernah menguasai Mekah antara lain
Amaliqah, Jurhum, Khuza’ah dan yang terakhir adalah Quraisy. Qushai merebut
kekuasaan dari tangan Khuza’ah pada sekitar tahun 400 M. Qushai mendirikan dar
al-nadwah untuk tempat bermusyawarah bagi penduduk Mekah. Selain itu, ia
juga mengatur urusan-urusan yang berkaitan dengan Ka’bah dengan membentuk al-siyaqah,
al-rifadah, al-liwa dan al-hijabah. Keempat badan ini secara turun menurun
dipegang oleh anak cucu Qushai sampai kepada Abd al-Muthalib, kakek Rasulullah
saw.
#
Seni Budaya
Sastra mempunyai arti penting dalam kehidupan bangsa
Arab. Mereka mengabdikan peristiwa-peristiwa dalam syair yang diperlombakan
setiap tahun di pasar seni Ukaz, Majinnah, dan Dzul Majaz. Bagi yang memiliki
syair yang bagus, ia akan diberi hadiah, dan mendapatkan kehormatan bagi suku
dan kabilahnya serta syairnya digantung di Ka’bah. Tujuh syair terbaik (al-muallaq
al-sab’ah) kemudian ditulis dengan tinta emas dan digantungkan di Ka’bah
dekat patung pujaan mereka. Menurut catatan sejarah, bangsa Arab adalah bangsa
yang mempunyai kemampuan menghafal yang sangat tinggi, khususnya hafalan
terhadap syair-syair.
#
Intelektual
Sekalipun jazirah Arabia,
terutama Hijaz dan Najd, terpencil dari dunia luar, namun mereka memiliki daya intelektual
ayng sangat cerdas.Bukti dari kecerdasan mereka dapat dilihat pada berbagai
peninggalan mereka, baik dalam bidang politik, ekonomi, dan social.Bukti
kecerdasan akal mereka dalam ilmu pengetahuan dan seni bahasa dapat dikemukakan
sebagai berikut.
a.
Ilmu
Astronomi. Bangsa Kaidah (Babilon) adalah guru dunia bagi ilmu astronomi.
Mereka telah menciptakan ilmu astronomi dan membina asas-asasnya. Pada waktu
tentara Persia menyerbu negara Babilon, sebagian besar dari mereka termasuk
ahli ilmu astronomi mengungsi ke negeri-negeri Arab. Adri merekalah orang Arab
mempelajari ilmu astronomi.
b.
Ilmu
Meteorologi. Mereka menguasai ilmu cuaca atau ilmu iklim (meteorology) yang
alam istilah mereka waktu itu disebut al-anwa wa mahabburriyah atau
istilah bahsa Arab modern disebut adh-dhawahirul jauwiyah.
c.
Ilmu
Mitologi. Ini semacam ilmu mengetahui beberapa kemungkinan terjadinya peristiwa seperti perang, damai,
dan sebagainya, yang didasarkan pada bintang-bintang. Seperti halnya
orang-orang Arab purba, maka mereka pun menuhankan bintang-bintang, amtahari
dan bulan. Atas pemberian tahu dari tuhannya maka mereka mengetahui sesuatu.
d.
Ilmu
Tenung. Ilmu tenung juga dikembangkan pada mereka, dan ilmu ini dibawa oleh
bangsa Kaldan (Babilon) ke tanah Arab. Kemudian ilmu tenung berkembang sangat
luas dalam kalangan mereka.
e.
Ilmu
Thib (kedokteran), ilmu thib ini berasal dari bangsa Kaldan (Babilon). Mereka
mengadakan percobaan penyembuhan orang-orang sakit, yaitu dengan menempatkan
orang sakit ditepi jalan, kemudian mereka menanyakan kepada siapa pun yang
melalui jalan tersebut mengenai obatnya, lalu dicatat. Dengan percobaan
terus-menerus akhirnya mereka mendapat ilmu pengobatan bagi orang sakit.
Pada awalnya pengobatan dilakukan
oleh para tukang tenung, kemudian dukun tabib hingga akhirnya berkembang. Ilmu
kedokteran dari bangsa Babilon diambil oleh bangsa lain, termasuk oleh orang
Arab, sehingga ilmu tersebut menjadi berkembang di kalangan bangsa Arab.
#
Bahasa
Dalam bidang bahasa dan seni bahasa .bangsa
Arab sebelum islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya.Syair-syair
mereka sangat banyak.Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati.
Setiap tahun di “ Pasar Ukaz” diadakan deklamasi sejak yang sangat luas dalam bidang bahasa dan seni bahasa kebudayaan
mereka sangat maju.
·
Khithabah
Khithabah (retorika) sangat maju, dan inilah
satu-satunya alat komunikasi yang sangat luas medannya.Di samping sebagai
penyair, bangsa Arab Jahiliah pun sangat fasih berpidato dengan bahasa yang
sangat indah dan bersemangat. Ahli pidato mendapat derajat tinggi dalam
masyarakat, sama halnya dengan penyair.
·
Majlis
Al-Adab dan Sauqu Ukaz
Telah menjadi kebiasaan masyarakat Arab jahiliah, yaitu mengadakan
majlis atau nadwah (klub), di tempat inilah mereka meendeklamasikan sajak,
bertanding pidato, tukar menukar berita dan sebagainya. Terkenallah dalam
kalangan mereka “ Nadi Quraisy” dan “ Darun Nadwah” yang berdiri disamping
ka’bah.
Di
samping itu mereka mengadakan aswaq (pekan) pada waktu tertentu, dibeberapa
tempat dalam negeri Arab.Tiap-tiap ada sauq berkumpullah para saudagar dengan
barang dagangannya, penyair dengan sajak-sajaknya, ahli pidato dengan
khutbah-khutbahnya, dan sebagainya. Adapun yang sangat terkenal diantara aswaq
mereka yaitu sauqu Ukaz atau “Pasar Ukaz” yang diadakan pada suatu tempat tidak
jauh dari kota Mekah menuju ke Thaif.[6]
E. Kelahiran Nabi Muhammad
Rasulullah saw lahir
dikalangan bangsawan Quraisy. Ayahnya bernama Abdullah ibn Abd al-Muthalib dan
ibunya bernama Aminah binti Wahab. Garis nasab ayah dan ibunya bertemu pada
Kilab ibn Murrah. Apabila ditarik ke atas, silsilah beliau sampai kepada Ismail
as. Akan tetapi nama-nama nenek-nenek moyan beliau yang diketahui dengan jelas
sampai Adnan, sampai kepada Ismail tidak diketahui dengan pasti.
Kabilah Quraisy bertambah
harum ketika Qushai menjadi penguasa atas Mekah setelah berhasil mengalahkan
Bani Khuza’ah. Hal ini berarti pengembalian tanggung jawab atas penjagaan dan
pemeliharaan Ka’bah kepada keturunan Ismail. Penguasaan atas Mekah, baik
berkaitan dengan kegiatan niaga maupun keagamaan, menjadikan kabilah Quraisy
berpengaruh besar tidak saja di Mekah dan sekitarnya, melainkan di Jazirah Arab
seluruhnya. Kabilah Quraisy dipandang mulia tidak hanya oleh mereka yang bertempat
tinggal tetap, tetapi dihormati pula mereka yang secara nnomaden. Oleh karena
itu, mereka selalu aman dari gangguan penyamun padang pasir yang ditakuti oleh
kafilah-kafilah yang lalu lalang di pedalaman jazirah Arab.[7]
Ketika tanggung jawab
pemeliharaan Ka’bah dan pelayanan terhadap para penziarah rumah suci berada di
atas pundak Abd al-Muthalib ibn Hasyim, Mekah diserang oleh Abrahah yang
bermaksud meruntuhkan Ka’bah. Ka’bah yang setiap musim dikunjungi oleh para
penziarah dari seluruh penjuru Jazirah Arab, menjadikan kota Mekah tidak hanya
penting secara politis, tetapi menguntungkan pula dari sisi ekonomi. Hal inilah
yang mendorong Abrahah melakukan serangan itu. Akan tetapi, serangan ini gagal
karena pasukan tentara penyerang itu diserang wabah penyakit yang mengerikan.
Tahun ketika terjadi penyerangan tersebut disebut Tahun Gajah karena Abrahah
ketika itu memimpin pasukannya dengan menunggang seekor gajah yang besar.
Rasulullah saw dilahirkan
sebagai yatim pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal Tahun Gajah, bertepatan dengan 20
April 571. Ayahnya, sudah wafattiga bulan setelah menikahi ibunya. Abd
al-Muthalib memberi nama cucunya itu Muhammad, nama yang sampai pada saat itu
tidak lazim di kalangan orang Arab saat itu. Beliau disusui beberapa hari oleh
Tsuwaibah, sahaya Abu Lahab, kemudian dilanjutkan penyusuan dan pegasuhannya
oleh Halimah binti Dzuaib dari kabilah Bani Sa’d. Kendatipun hanya beberapa
hari Tsuwaibah menyusuinya, beliau pelihara terus silaturahim dengannya,
demikian pula budi baik keluarga Halimah al-sa’diyah tidak pernah dilupakan
sepanjang hayatnya. Ketika berusia lima tahun, beliau dikembalikan kepada
Aminah. Akan tetapi, setahun kemudian ibu kandung yang amat dicintainya inipun
wafat. Abd al-Muthalib melanjutkan pengasuhan atas cucunya sampai kakek yang
bijak ini wafat dua tahun kemudian. Tanggung jawab untuk mengasuh dan
membesarkan Muhammad saw selanjutnya dipikul oleh Abu Thalib, salah seorang
putera Abd al-Muthalib yang paling miskin, tetapi sangat disegani dan dihormati
oleh penduduk Mekah.
BAB III
PENUTUP
*
Kata jahiliah berasal dari kata jahl, tetapi yang dimaksud disini
bukan jahl lawan dari ilm, melainkan lawan dari hilm.
Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal dasar-dasar beberapa cabang ilmu
pengetahuan, bahkan dalam hal seni sastra mereka telah mencapai tingkat
kemajuan yang pesat. Akan tetapi, karena kemerosotan moral melanda mereka, maka
label jahiliah diberikan kepada mereka.
* Disebelah barat, Jazirah Arab berbatas dengan
Laut Merah, di sebelah selatan dengan lautan Hindia, di sebelah timur dengan teluk Arab dan di sebelah utara dengan
Gurun Irak dan Gurun Syam (Gurun Siria).
Panjangnya 1.000 km dan lebarnaya kira-kira 1000 km.
*
Dalam struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai intinya. Ia adalah
organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan antaranya anggota-anggotanya
terikat oleh pertalian darah. (nasab).
*
Sesuai dengan tanah Arab yang sebagian besar
terdiri dari padang sahara, ekonomi mereka yang terpenting itu perdagangan.
*
Sebagian besar bangsa Arab Jahiliyah adalah
penyembah berhala.
*
Sastra mempunyai arti penting dalam kehidupan
bangsa Arab. Mereka mengabdikan peristiwa-peristiwa dalam syair yang
diperlombakan setiap tahun di pasar seni Ukaz, Majinnah, dan Dzul Majaz.
*
Di Mekah didirikan pemerintahan untuk
melindungi janaah haji dan menjamin keamanan serta keselamatan mereka.
Ditetapkan pula kesepakatan larangan berperang di kota itu, di samping larangan
berperang selama bulan-bulan tertentu.
*
Rasulullah saw dilahirkan sebagai yatim pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal
Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 571. Ayahnya, sudah wafat tiga bulan
setelah menikahi ibunya.
DARTAR PUSTAKA
Syalabi.Sejarah Kebudayaan Islam. 2003. Jakarta: PT Pustaka Al Husna
Baru.
Rusydi Sulaiman, Rusydi. 2014. Pengantar Metodologi Studi Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Munir Amin, Samsul.
2009.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
Amzah, 2009.
Maryam, Siti. 2004. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga
Modern. Yogyakarta: Lesfi.
A Malik, Maman.
2005 Sejarah
Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Pokja Akademik Uin Sunan Kalijaga.
[1]Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam,
(Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru, 2003), hlm 27
[2]Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi
Studi Sejarah Peradaban Islam , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014), hlm 165
[5]Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam
dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi, 2004), hlm 19
[6]Ibid, hlm 61
[7]
Maman A Malik, Sejarah
Kebudayaan Islam,
(Yogyakarta: Pokja Akademik
Uin Sunan Kalijaga ,2005),
hlm. 39-40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar